• Home
  • Blog

share

Apa yang Bisa Kamu Ketahui dari Hasil Biome Scan?

26 Feb 2021

Apa yang Bisa Kamu Ketahui dari Hasil Biome Scan?

Sebuah sharing pengalaman oleh salah satu penulis Nusantics Blog, Angelica Revadias.

Ternyata, menjaga kesehatan kulit tidak hanya sebatas menggunakan produk-produk perawatan namun juga bergantung pada keseimbangan microbiome dalam usus dan microbiome pada permukaan kulit kita. 

Memangnya, apa sih 
microbiome itu? Microbiome merupakan kumpulan mikroorganisme (jamur, virus, bakteri, archaea) di tubuh manusia. Jadi, permasalahan kulit yang timbul bisa saja disebabkan karena ketidakseimbangan microbiome dalam tubuh.

Permasalahan kulit saya yaitu jerawat muncul ketika saya menginjak umur 16 tahun. Mulai muncul jerawat pustules di bagian dahi dan beberapa bruntusan, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan hormon yang dialami oleh tubuh. 

Namun, karena kurangnya wawasan mengenai 
skincare, skin barrier, ataupun microbiome maka saya hanya mengandalkan krim dokter rekomendasi dari Tante tanpa mengetahui kandungan apa saja yang terkandung di dalamnya. 

Beberapa bulan setelah menggunakan krim tersebut, jerawat mulai hilang namun kembali lagi setahun setelahnya karena tidak lagi menggunakan krim yang sama dan perubahan cuaca ekstrim yang saya alami.

Tentunya memiliki permasalahan jerawat akan mengganggu kepercayaan diri, maka semakin bertambahnya umur dan semakin banyak informasi mengenai perawatan kulit saya mulai menggunakan 
skincare secara rutin. Selain sebagai bentuk usaha untuk menghilangkan permasalahan jerawat, penggunaan skincare saya ditujukan agar bekas jerawat hilang dan kulit tampak lebih cerah dan glowing.

Bagi yang memiliki permasalahan kulit yang sama pasti sudah akrab dengan naik turunnya kondisi kulit dan seberapa mudahnya jerawat kembali muncul. Ketika diberi kesempatan untuk mencoba 
Biome Scan di Nusantics, kondisi kulit saya tengah berada di kondisi terburuk yang pernah saya alami. Jerawat mulai mendominasi bagian dahi dan pipi saya, padahal tidak ada penggunaan skincare ataupun pola makan yang berubah. Jadi, dengan melakukan Biome Scan saya berharap mendapat jawaban atas penyebab utama terjadinya breakout dan bisa menggunakan produk skincare yang tepat untuk kulit saya. 
 

Apa Itu Biome Scan?



Tapi, apa sih sebenarnya Biome Scan itu? Biome Scan merupakan swab test yang dilakukan pada permukaan kulit yang aman, tidak sakit, dan tidak invasif. Pilihan Biome Scan ada dua yakni Basic Biome Scan untuk mengecek komposisi bakteri jamur dan bakteri di kulit, serta Balanced Biome Scan yang lebih lengkap karena disertai Skin Analyzer.

Proses 
Skin Analyzer akan memeriksa kadar hidrasi, sebum, pH, tingkat glossiness, dan kadar erythema di kulit wajah dengan menggunakan alat-alat research grade (diperuntukan untuk penelitian).

Dengan melakukan 
Biome Scan, kamu bisa tahu seperti apa profil unik microbiome kulit wajahmu dan bahan-bahan apa saja yang dapat kamu gunakan untuk menjaga keseimbangan microbiome dan menjaga kesehatan kulit. Penasaran nggak sih, bagaimana proses pengerjaan Biome Scan dilakukan?
 

Proses Pengerjaan Biome Scan


Sebelum swab test dilakukan, saya melakukan sesi wawancara seputar gaya hidup dan lingkungan hidup di mana tempat saya tinggal. Setelah itu, barulah proses Biome Scan dimulai. Untuk pengalaman Biome Scan yang lebih lengkap, kamu bisa membacanya di sini.

Nah, satu minggu setelah saya melakukan 
Biome Scan, hasil atau report-nya dikirim langsung melalui e-mail yang telah didaftarkan, jadi kamu tidak perlu repot-repot datang kembali ke TKP.

Lalu, seperti apa sih isi laporan 
Biome Scan itu dan mengapa penting sekali untuk bekal skincare kamu di kemudian hari?
 

Apa Isi Laporan Biome Scan?


Laporan Biome Scan dibagi menjadi 6 bagian, nih. Yuk, kita bahas satu per satu!
 

Bagian Pertama: Fungsi Kulit di Kehidupan Sehari-hari


Pada bagian pertama, laporan akan menjelaskan mengenai fungsi kulit di kehidupan sehari-hari. Pada bagian ini dijelaskan bahwa kulit memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari berbagai ancaman seperti panas, dingin, rasa sakit, dan bakteri. 

Selain itu, kulit juga berfungsi untuk melakukan detoks dalam bentuk keringat, sebum/minyak, dan zat lainnya. Bagian ini juga memberikan pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan kulit sebagai garda pertahanan tubuh yang utama, yaitu dengan menjaga kadar air tubuh dan rutin berjemur 15 menit sehari untuk memproduksi Vitamin D.

 

Bagian Ke-2: Profil Kulit (Skin Analyzer)


Selanjutnya, profil kulit dan profil microbiome akan dijelaskan di bagian 2 dan 3. Karena saya mengambil paket Balanced Biome Scan, jadi saya akan mendapatkan laporan hasil Skin Analyzer (profil kulit) dan Biome Scan (profil microbiome).

Saya datang melakukan 
Biome Scan dengan kondisi kulit berjerawat dengan banyak dark spots bekas jerawat karena kebiasaan buruk menekan jerawat yang sudah matang. Jangan ditiru, ya! Bisa dibilang, kondisi kulit ini merupakan breakout terparah yang pernah saya alami. 


Pertama, saya akan membahas laporan Skin Analyzer-nya dulu, ya. Melalui Skin Analyzer, saya akhirnya mengetahui beberapa fakta baru mengenai kulit saya. Selama ini, saya berasumsi bahwa kulit saya termasuk dalam kategori jenis kulit kombinasi cenderung berminyak. 
 

1. Sebum


Nah, setelah melakukan Skin Analyzer ternyata tingkat sebum kulit berada di kategori normal. Selain itu, saya juga beranggapan bahwa kulit saya cenderung dehidrasi. Nyatanya, kulit saya terhidrasi dengan baik dengan level moisturized di angka yang cukup tinggi. Ah, senangnya mengetahui bahwa effort menjaga kesehatan kulit wajah secara rutin selama ini tidak sia-sia!

Setelah pengecekan tingkat sebum dan hidrasi kulit, 
Skin Analyzer juga menganalisa tingkat pigmen warna pada kulit (melanin), tingkat reaksi inflamasi yang tampak pada kulit (erythema), dan tingkat kemampuan kulit untuk merefleksikan cahaya (glossiness). 



2. Tingkat Melanin


Tingkat melanin saya berada di tipe 3-6 yang biasanya terdapat pada etnis mediterania, sebagian asianhispanic, dan kulit hitam. Kulit yang berada pada kategori ini mudah beradaptasi untuk tinggal di negara tropis seperti Indonesia dan memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap sinar UV. 



3. Tingkat Erythema


Tingginya tingkat erythema menggambarkan tingginya tingkat inflamasi yang tampak di kulit. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakcocokan skincare, paparan sinar matahari dan polutan berlebih, atau kondisi serius di tubuh yang memerlukan pengecekan lebih lanjut. Dengan kondisi kulit saya yang berjerawat dengan sedikit kemerahan, saya memiliki tingkat erythema yang minimal.



4. Tingkat Glossiness


Satu lagi fakta yang menyenangkan setelah melakukan Skin Analyzer. Seringkali, penggunaan skincare dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, salah satunya adalah kulit yang glowing. Ketakutan terbesar saya pun adalah memiliki kulit yang kusam.

Ternyata, kulit saya memiliki tingkat 
glossiness sebanyak 7 poin dan termasuk dalam kategori glow dan mampu merefleksikan cahaya dengan baik. Senangnya!



5. Tingkat Keasaman pH


Hal yang paling penting dari kondisi kulit adalah tingkat keasaman (pH) pada kulit. Dengan kadar pH yang seimbang di angka 4.5-5.5, dapat mendukung pertumbuhan microbiome pada kulit. 

pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menggeser keseimbangan 
microbiome dan mendukung pertumbuhan jamur. Ternyata, derajat keasaman pada kulit saya berada di angka normal dan microbiome pada kulit bertumbuh dengan seimbang.



6. Penampakan Pori-Pori


Terakhir dari laporan ini adalah penampakan pori-pori, rekapan zat-zat yang terkandung dalam skincare yang digunakan, dan komposisi bakteri dan jamur di kulit. Perlu diketahui bahwa penampakan pori-pori yang terlihat adalah hal yang wajar dan tidak perlu khawatir. 

Melalui analisa ini, saya mengetahui bahwa sebagian besar pori pada permukaan kulit saya adalah pori-pori tampak kecil dengan beberapa 
spot pigmentation karena kondisi kulit yang berjerawat.

Nah, selama ini kita sudah rutin menggunakan 
skincare untuk menjaga kondisi kulit. Tapi sebenarnya apa saja sih kandungan yang ada dalam skincare kita? Kira-kira apa kulit kita sudah terpapar oleh zat-zat apa saja ya? 



Dari hasil wawancara di awal sesi, Nusantics memberikan rekap terkait zat-zat yang terkandung dalam rangkaian 
skincare yang digunakan. Setelah melakukan riset dari setiap kandungan satu persatu, zat-zat yang terkandung dalam rangkain skincare saya cenderung aman.
 

Bagian Ke-3: Profil Microbiome (Swab Test)


Berdasarkan swab yang dilakukan untuk menganalisa microbiome secara menyeluruh, kulit saya memiliki komposisi yang didominasi oleh bakteri tanpa ada populasi jamur yang terdeteksi. 

Karena dominasi bakteri inilah kulit saya rentan timbul jerawat. Sebagai solusinya, saya harus memperhatikan dan memastikan bahwa kulit saya terhidrasi dengan baik untuk menjaga agar tubuh tidak memproduksi sebum yang berlebih dan memperparah timbulnya jerawat. 

Saya juga disarankan untuk menggunakan produk perawatan kulit dengan tekstur berbahan dasar air, menghindari kandungan tinggi alkohol, tinggi zat aktif, 
skincare dengan formulasi yang tidak terlalu kental, dan rutin melakukan eksfoliasi.
 

Bagian ke-4: Kulitmu, Duniamu!



Pada bagian ke-4 dari laporan Biome Scan, kita diberikan tips dan rekomendasi untuk memperkaya ekosistem microbiome kulit. Berikut rekomendasi yang dianjurkan untuk menjaga ekosistem yang baik untuk microbiome:

  1. Mengonsumsi makanan yang bervariasi dan seimbang, serta mengonsumsi air yang cukup.
  2. Menghindari konsumsi antibiotik.
  3. Rutin berolahraga, berkeringat dan perbanyak komponen alam seperti menanam tanaman di tempat tinggal atau berjalan ke taman terdekat.
  4. Menghindari skincare yang bersifat abrasif.
  5. Menjaga kadar stres, salah satunya dengan mencintai diri sendiri apa adanya.
  6. Melakukan pengecekan microbiome secara rutin setiap tahunnya.


Bagian ke-5: Rekomendasi Perawatan Kulit


Selain rekomendasi untuk menjaga ekosistem untuk microbiome, Nusantics juga akan memberikan beberapa rekomendasi perawatan kulit. 

Dalam laporan Biome Scan, Nusantics memberikan rekomendasi bahan-bahan alami yang dapat digunakan saat melakukan facial di Biome Facial Bar, bahan-bahan ini pun dapat dikonsumsi selama tidak menimbulkan alergi. 



Nah, untuk kondisi kulit saya, saya direkomendasikan untuk menggunakan timun, temulawak, kunyit, bunga mawar, dan daun kelor sebagai bahan-bahan alami perawatan kulit. 

Selain itu, Nusantics juga memberikan rekomendasi produk-produk Biome Beauty yang dapat saya gunakan, sesuai dengan hasil analisa kulit saya. Saya direkomendasikan untuk menggunakan produk yang bertekstur cair dengan zat aktif yang tinggi untuk meningkatkan hidrasi seperti Nusantic Frankincense Biome Essence atau Gotu Kola Treatment Essence.

Selain rekomendasi produk skincare untuk merawat kulit, saya juga direkomendasikan untuk memberikan kulit waktu untuk bernapas setiap harinya, membiarkan kulit terpapar matahari dan berkeringat, dan selalu melihat label kandungan pada skincare yang digunakan untuk menjaga keseimbangan microbiome pada kulit.


Bagian ke-6: #RediscoverYou




Nah, pada bagian akhir dari laporan Biome Scan, saya diberikan analisis yang lengkap dan personal mengenai kondisi kulit saya. Bagian dari laporan Biome Scan ini akan memiliki isi yang berbeda setiap orangnya. 

Hasil analisa profil bakteri dan jamur pada kulit saya menunjukkan bahwa kulit saya cenderung acne prone dan didominasi bakteri sebanyak 100%. Ternyata, anomali bakteri ini merupakan kondisi kulit yang sangat jarang. Namun, untungnya parameter lain seperti tingkat pH, tingkat hidrasi, glossiness dan erythema di kulit saya sudah sangat baik.

Dalam perawatan kulit pun, tahapan skincare saya sudah memiliki ingredients yang mendukung pertumbuhan jamur dan menekan pertumbuhan bakteri. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, yang paling penting dalam menjaga kesehatan kulit saya adalah dengan menggunakan produk skincare yang berbasis air, tinggi zat aktif, dan rutin melakukan eksfoliasi.

Memang selama ini, dalam mencari produk skincare saya lebih mengutamakan tekstur yang ringan namun tetap melembapkan. Setelah melakukan Biome Scan, saya mulai rutin melakukan eksfoliasi kulit setiap minggu dengan menggunakan face scrub yang lembut atau chemical exfoliant seperti AHA/BHA, setidaknya satu sampai dua kali seminggu.

Lalu, saran terakhir (dan yang paling penting bagi saya) adalah untuk memperhatikan variasi makanan harian dan hidup lebih sehat. Sekarang saya rutin melakukan jalan pagi selama 30 menit untuk menjaga keseimbangan microbiome dan mendekatkan diri dengan komponen alam serta memperbanyak asupan sayur dan buah sehari-hari.

Nah, itulah sharing tentang laporan Biome Scan dan Skin Analyzer kulit saya yang lengkap. Saya mendapatkan jawaban atas kondisi kulit saya yang tengah mengalami breakout paling parah dalam waktu beberapa tahun terakhir. 

Hal ini bisa disebabkan karena diet yang kurang seimbang ataupun tingkat stres yang sempat meningkat beberapa bulan terakhir. Dengan melakukan perubahan yang lebih baik sesuai dengan profil kulit, kini kondisi kulit saya mulai membaik meskipun tetap muncul jerawat di waktu-waktu tertentu.

Sebagai penutup, melakukan swab test Biome Scan menjadi pengalaman yang membuka pandangan mengenai kondisi kulit dan bagaimana cara terbaik untuk menjaga kesehatan kulit. Ini seperti memiliki kesenangan tersendiri bisa mengetahui kondisi kulit secara lebih mendetail melalui test Biome Scan.

Apakah kamu tertarik mencobanya? Jika iya, yuk segera daftarkan diri kamu di sini!

Writer: Angelica Revadias

Editor: Serenata Kedang