• Home
  • Blog

share

Apa Itu Biome Scan dan Kenapa Kamu Harus Coba?

4 Feb 2021

Apa Itu Biome Scan dan Kenapa Kamu Harus Coba?

Sebuah sharing pengalaman oleh salah satu penulis Nusantics Blog, Fitria Rahmadianti.

Kulit tidak selalu apa yang tampak di permukaan, lho. Di sini juga hidup jutaan mikroorganisme tak kasat mata yang berperan penting untuk kesehatan kulitmu. Jika microbiome-mu seimbang, maka kulitmu akan sehat, dan sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana, ya, cara untuk tahu apakah microbiome kulit kita sudah seimbang atau belum?

Sejak menjelang usia 30 tahun, saya mulai merutinkan penggunaan 
skin care untuk mencegah penuaan dini. Namun, saya masih gonta-ganti produk karena rasanya belum ada yang bisa membuat kulit saya glowing.

Permukaan wajah saya masih belum mulus dan rata warnanya karena bekas jerawat yang dulu sering saya penceti. Pori wajah juga besar karena keturunan. Garis-garis halus pun mulai bermunculan.

Saya pernah terpikirkan untuk berkonsultasi pada dokter kulit tapi takut ketergantungan. Sempat juga ingin membeli 
high-end skin care, tapi saya takut tidak cocok. Sebab, apa yang bagus bagi orang lain belum tentu bagus juga untuk saya.

Nah, saat tahu bahwa saya berkesempatan mencoba Biome Scan di Nusantics, wah, rasanya 
excited ingin mengenali kulit saya lebih dalam! Jadi, saya tidak perlu coba-coba lagi sembarang produk yang bisa membuat kulit saya makin rusak!

Ngomong-ngomong, sudah tahu tentang Biome Scan dari Nusantics? Ini adalah analisis profil 
microbiome berbasis teknologi genomik pertama dan satu-satunya di Indonesia untuk mengetahui keseimbangan microbiome di kulit wajah kita. 

Jadi, sebenarnya profil kulit setiap orang itu berbeda dan unik, karena komposisi 
microbiome dan faktor lingkungannya pun berbeda-beda. 

Nah, lewat Biome Scan, kita bisa mengetahui seperti apa 
sih profil microbiome kulit kita, sehingga kita bisa tahu rekomendasi bahan produk perawatan kulit seperti apa yang sesuai. 

Lalu, bagaimana cara mendaftarnya dan seperti apa proses Biome Scan-nya? Baca pengalaman saya berikut, yuk!


Cara Mendaftarkan Diri untuk Biome Scan di Nusantics

Ada dua paket yang bisa kamu pilih, yakni Basic Biome Scan yang termasuk swab test untuk mengecek komposisi bakteri dan jamur di kulit dan Balanced Biome Scan yang lebih lengkap karena ditambah dengan Skin Analyzer untuk mengetahui kadar hidrasi, sebum, pH, sampai eritema. Wah, menarik, ya?

Saya ambil paket 
Balanced Biome Scan. Prosesnya mudah, kok. Tinggal masuk ke website skin.nusantics.com, melakukan registrasi dan sign-in, lalu mengklik “Biome Scan”. Setelah membaca informasi yang tertera, saya menekan “Book Now” di bagian paling bawah. Dari situ, saya diarahkan ke halaman pemesanan untuk memilih paket dan jadwal kedatangan.

Melakukan 
Biome Scan memang tidak bisa dadakan karena saya harus mengisi Skin Health Profile dulu di dashboard akun saya. Ada sekitar 30 pertanyaan untuk mengetahui latar belakang genetik sampai lingkungan tempat tinggal. Banyak, ya? Iya, tapi menjawabnya hanya perlu waktu sebentar, kok. Sebab, bagaimanapun latar belakang tersebut memengaruhi keragaman microbiome kita.

Proses Pengerjaan Biome Scan

Menjelang jadwal kedatangan saya, tim Nusantics mengingatkan lewat WhatsApp. Nah, sebelum saya datang ke Nusantics Hub di Jl. Suryo, No. 32, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, saya harus membersihkan wajah dan datang tanpa make up maupun skin care. Sesampainya di sana, saya juga diminta membasuh wajah dengan air dan mengeringkannya perlahan dengan tisu untuk memastikan kulit saya benar-benar bersih.

Resepsionis meminjam KTP saya untuk keperluan pendataan dan meminta saya menandatangani surat pernyataan tentang COVID-19. Selagi menunggu, saya disuguhi minuman bunga telang dan lemon serta sepiring rujak. Segar!



Sebelum menjalani 
swab test, saya diwawancarai Biome Assistant terkait lingkungan sekitar saya sampai produk perawatan kulit yang saya gunakan. Ada 73 pertanyaan dan semuanya berbeda dengan yang sudah saya isi di Skin Health Profile

Beberapa contoh pertanyaannya sebagai berikut:

 
  1. Apakah tempat tinggal saya bisa dimasuki sinar matahari?
  2. Apakah tempat tinggal saya dekat dengan sungai atau pantai?
  3. Seberapa sering saya menyapu dan mengepel rumah?
  4. Penyakit apa yang paling sering saya alami? Misalnya diare, flu, dan sebagainya.
  5. Apa saja rangkaian skin care yang saya pakai setiap hari?
  6. Dalam sehari, berapa lama saya membiarkan wajah saya tanpa skin care dan make up?

Duh, kok pakai segala ditanya tempat tinggalnya dekat sungai atau pantai, ya? Memang, apa pengaruhnya ke wajah? Pikir saya saat itu.

Mungkin beberapa pertanyaan terdengar terlalu pribadi dan bahkan aneh karena tak langsung berhubungan dengan kulit. Namun, kalau dipikir-pikir, semua pertanyaan di atas berhubungan dengan faktor lingkungan dan kebiasaan yang memengaruhi keberagaman microbiome wajah saya.

Nah, sekarang saatnya Research Analyst melakukan swab test di wajah saya. Sama seperti swab test PCR untuk mendeteksi COVID-19, swab test di wajah juga menggunakan semacam cotton bud panjang. Namun, alat tersebut diusapkan di kulit pipi kiri dan kanan, dahi, serta hidung bagian luar, bukan di dalam hidung atau mulut seperti PCR. Jadi, tidak sakit sama sekali. Swab test ini berguna untuk mengetahui komposisi bakteri dan jamur di kulit.

 

Lanjut ke Proses Pengerjaan Skin Analyzer
 

Selesai swab test, saya diajak ke ruangan lain untuk melakukan tahap Skin Analyzer. Ini yang membedakan paket Balanced Biome Scan dengan Basic Biome ScanResearch Analyst meminta saya memasukkan wajah ke alat bernama Visioface 1000D untuk difoto secara jelas lalu ia mengecek kulit saya menggunakan Multi-Probe Adapter System.

Kedua alat yang tersambung ke komputer tersebut akan menampilkan skor sebum, hidrasi, melanin, eritema, glossiness (kemampuan kulit memantulkan cahaya), derajat keasaman, sampai tampilan pori, kerutan, dan sun spot (bintik hitam akibat sinar matahari).

Jujur, saya merasa seperti “ditelanjangi” karena permukaan kulit wajah saya terlihat jelas sampai ke pori. Kekurangan wajah yang selama ini saya tutupi dengan 
skin care dan make up justru diungkap. Namun, justru moment of truth inilah yang membuat saya lebih mengenali karakteristik unik wajah saya, berikut kelebihannya dan kualitas apa saja yang bisa diperbaiki.



Pemeriksaan kulit sudah selesai, nih. Tinggal tunggu laporan hasil tes dalam 2-4 minggu (baca di sini). Namun, sebelum pulang, kamu akan diajak ke Biome Beauty Bar untuk melihat rangkaian produk perawatan kulit ramah microbiome dari Nusantics. Oh, iya, di sini juga ada spa kalau kamu mau melakukan perawatan.





Keseluruhan proses untuk paket Balanced Biome Scan memakan waktu kurang lebih satu jam. Mulai dari kedatangan, wawancara, swab test, sampai tahap skin analyzer selesai, semua berlangsung dengan nyaman dan tanpa sakit. 


Karena kunjungan saya ke Nusantics ini, saya jadi tahu kalau ternyata profil microbiome setiap orang berbeda-beda, bahkan tergantung dari tempat tinggal, kondisi lingkungan rumah, dan bahkan seberapa sering bebersih rumah!

Ternyata, kesehatan kulit memang tidak hanya harus dijaga dari dalam, tetapi dari luar juga, ya. 

Asyiknya, setelah nanti laporan keluar, saya jadi bisa lebih mengenali kulit saya dan bahan 
skin care apa yang tepat. Jadi, tidak perlu trial dan error gonta-ganti skin care yang malah bisa membuat kulit bermasalah. Wah, saya jadi deg-degan menunggu Biome Scan Report!

Oh iya, keseimbangan bakteri dan jamur bisa berubah-ubah karena pengaruh produk 
skin caremake up, dan gaya hidup. Jadi, baiknya kamu melakukan Biome Scan enam bulan sekali untuk mengecek komposisi bakteri dan jamur di kulitmu.

Tertarik mencoba? Kunjungi 
website skin.nusantics.com, yuk, untuk info lebih lanjut!

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang