logo-dark
logo-dark

Beranda

Blog

Pap Smear atau HPV DNA: Mana yang Lebih Tepat untuk Deteksi Kanker Serviks?

Blog

Pap Smear atau HPV DNA: Mana yang Lebih Tepat untuk Deteksi Kanker Serviks?

December 11, 2024 by Fathimah Zahro

Share

blog-image
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan cakupan deteksi dini kanker serviks melalui skrining. Berdasarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim 2023-2030, jumlah perempuan Indonesia yang menjalani skrining kanker serviks pada tahun 2020 hanya mencapai 9,35%. Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2023, dengan cakupan skrining mencapai 14,5%, seperti yang dicantumkan dalam Profil Kesehatan Indonesia 2023 dari Kementerian Kesehatan RI (kemkes.go.id). Meskipun peningkatan ini merupakan langkah yang positif, angka tersebut masih jauh dari target WHO yang merekomendasikan cakupan minimal 70% perempuan usia 35 tahun menjalani skrining kembali saat usia 45 tahun.
 
Deteksi dini memainkan peran krusial dalam menangani kanker serviks. Kanker serviks sering berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Ini berarti banyak perempuan yang baru terdiagnosis setelah kanker sudah berkembang lebih lanjut. Deteksi dini dapat membantu mencegah perkembangan kanker dengan menemukan perubahan abnormal pada sel serviks sebelum menjadi kanker. WHO menyarankan semua perempuan yang aktif secara seksual,sejak usia 30 tahun, untuk menjalani skrining secara rutin. Ini karena kanker serviks berkembang lambat, dan deteksi dini memberikan kesempatan bagi pengobatan lebih awal dan efektif.
 
Metode skrining  yang paling lama digunakan dan populer adalah Tes Pap Smear. Namun sebenarnya, metode ini kurang optimal karena mengandalkan interpretasi visual di bawah mikroskop, jadi hasilnya sangat bergantung pada kemampuan pengamat untuk mendeteksi sel abnormal. Oleh karena itu, metode terbaru yang lebih akurat seperti tes HPV DNA kini menjadi rekomendasi utama dari WHO dan pemerintah Indonesia dalam upaya menekan angka kematian akibat kanker serviks. Bagaimana perbedaan kedua tes ini, dan mengapa HPV DNA menjadi metode utama yang disarankan untuk skrining kanker serviks?
 

Metode Pap Smear: Prosedur yang Umum, Tapi Adakah Kekurangannya?

Pap Smear adalah metode yang paling umum digunakan untuk mendeteksi kanker serviks. Prosedurnya cukup sederhana: dokter mengambil sampel sel dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium guna melihat adanya perubahan sel abnormal. Metode ini telah menjadi standar dalam skrining kanker serviks sejak diperkenalkan oleh Dr. George Papanicolaou pada tahun 1940-an. Saat itu, Pap Smear menjadi inovasi besar karena membantu menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
 
Namun, meskipun banyak digunakan, Pap Smear bukanlah metode yang paling akurat. Tes ini hanya mampu mendeteksi keberadaan sel abnormal. Artinya, tes ini baru memberikan “peringatan” setelah terjadi perubahan sel yang berpotensi mengarah pada kanker.Pap Smear juga memiliki keterbatasan dalam hal sensitivitas, menyebabkan beberapa kasus kanker atau perubahan sel bisa terlewat. Dalam banyak kasus, perempuan harus menjalani Pap Smear secara rutin setiap 3 tahun untuk memastikan deteksi dini, yang tentunya membutuhkan komitmen waktu dan biaya.
 

HPV DNA: Metode Skrining Terbaru dan Rekomendasi WHO

 
Salah satu metode terbaru dan paling direkomendasikan untuk deteksi dini kanker serviks adalah tes HPV DNA. Tes ini bekerja dengan mendeteksi keberadaan DNA dari virus HPV, khususnya tipe yang berisiko tinggi seperti HPV-16 dan HPV-18, jauh sebelum sel abnormal berkembang menjadi kanker. Prosedurnya tidak jauh berbeda dengan Pap Smear, namun lebih spesifik dan akurat dalam mendeteksi infeksi HPV.
 
WHO merekomendasikan tes HPV DNA karena memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi, dan tes ini hanya perlu dilakukan setiap 5 tahun, dibandingkan Pap Smear yang membutuhkan frekuensi lebih sering. Alasan frekuensi yang lebih rendah ini adalah kemampuan HPV DNA dalam mendeteksi virus lebih awal dan secara lebih akurat, sehingga risiko infeksi dapat terdeteksi sejak dini dan dengan hasil yang lebih dapat diandalkan. Sayangnya, di Indonesia, tes ini masih belum sepopuler Pap Smear. Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya edukasi dan akses terhadap metode ini di berbagai wilayah, meskipun sudah mulai diterapkan dalam Rencana Aksi Nasional untuk Eliminasi Kanker Leher Rahim tahun 2023-2030.
 

Beralih Menggunakan Tes HPV DNA 


Saat ini, sudah ada berbagai penelitian dan pengembangan terkait tes HPV DNA di Indonesia.
Salah satunya adalah inovasi lokal dari Nusantics, sebuah perusahaan bioteknologi Indonesia yang memperkenalkan PathoScan hrHPV qPCR Kit—sebuah alat tes HPV DNA yang dirancang untuk mendeteksi virus HPV dengan akurasi tinggi. Kit ini menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan metode konvensional, termasuk sensitivitas yang lebih tinggi dan kemampuan mendeteksi 14 jenis HPV risiko tinggi seperti HPV-16 dan HPV-18. 
 

Perbandingan Performa Pap Smear dan HPV DNA Menggunakan PathoScan hrHPV qPCR Kit

Parameter
(Keterangan: Untuk seluruh parameter, rangenya adalah 0-100%,
dengan nilai 100% sebagai performa terbaik.)
     Pap Smear   
HPV DNA
(Menggunakan PathoScan hrHPV qPCR Kit)
Sensitivity
30-87%
96.55%
Specificity
86-100%
99.87%
PPV
27 - 54%
98.25%
NPV
91 - 96 %
99.75%
 
Sumber: WHO Guideline ANNEX A Synthesis of Evidence; Pankaj et al., 2018; Clinical Trial Data 2022.
 

Melalui tabel data di atas, kita mendapatkan informasi mengenai perbandingan antara Performa Pap Smear dan HPV DNA, dengan penjelasan lengkap sebagai berikut: 
 
1. Sensitivitas (Kemampuan Deteksi Positif yang Benar): HPV DNA menggunakan PathoScan hrHPV qPCR Kit memiliki sensitivitas sangat tinggi, yaitu 96.55%, dibandingkan dengan Pap Smear yang hanya berkisar antara 30-87%. Dengan sensitivitas yang lebih tinggi, PathoScan hrHPV qPCR Kit mampu mendeteksi infeksi HPV berisiko tinggi yang berpotensi menyebabkan kanker serviks dengan lebih akurat, sehingga mengurangi risiko gagal deteksi di tahap awal.
2. Spesifisitas (Kemampuan Mendeteksi Negatif yang Benar): PathoScan hrHPV qPCR Kit memiliki spesifisitas sangat tinggi sebesar 99.87%, yang berarti hanya sedikit kemungkinan hasil positif palsu dibandingkan dengan Pap Smear.
3. PPV (Positive Predictive Value atau Nilai Prediktif Positif): HPV DNA dengan PathoScan hrHPV qPCR Kit memiliki PPV sebesar 98.25%, jauh lebih tinggi dibandingkan Pap Smear.
4. NPV (Negative Predictive Value atau Nilai Prediktif Negatif): PathoScan hrHPV qPCR Kit memiliki NPV sangat tinggi, yaitu 99.75%, sehingga lebih dapat diandalkan untuk memastikan individu tanpa infeksi, terutama dalam konteks skrining dini dan pencegahan.
 
Tes HPV DNA menawarkan keunggulan yang jelas dibandingkan Pap Smear dalam hal sensitivitas dan frekuensi skrining. Dengan dukungan dari WHO dan pemerintah, serta inovasi dari perusahaan seperti Nusantics, perempuan di Indonesia kini memiliki pilihan yang lebih baik untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah kanker serviks, dan dengan metode modern seperti tes HPV DNA, kita dapat mengurangi risiko kanker serviks dan melindungi kesehatan perempuan di masa depan.
 
 



Referensi:
  1. American Cancer Society. (2021). Cervical cancer facts & figures 2021. Diakses dari https://acsjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.3322/caac.21139
  2. American College of Obstetricians and Gynecologists. (2021). Updated cervical cancer screening guidelines. Diakses dari https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/practice-advisory/articles/2021/04/updated-cervical-cancer-screening-guidelines
  3. Jang, T. W., et al. (2012). Human papillomavirus testing as a primary cervical cancer screening method. Journal of Gynecologic Oncology, 23(4), 282-286. https://doi.org/10.3802/jgo.2012.23.4.282
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Rencana aksi nasional (RAN) eliminasi kanker leher rahim di Indonesia tahun 2023-2030. Diakses dari https://kemkes.go.id/id/rencana-aksi-nasional-ran-eliminasi-kanker-leher-rahim-di-indonesia-tahun-2023-2030
  5. Nusantics. (n.d.). Reproductive health: Human diagnostics. Diakses dari https://nusantics.com/products/human-diagnostics/reproductive-health
  6. Pankaj, S., Kumari, A., Kumari, S., Choudary, V., Kumari, J., Kumari, A., & Nazneen, S. (2018). Evaluation of sensitivity and specificity of Pap smear, LBC, and HPV in screening of cervical cancer. Indian Journal of Gynecologic Oncology, 16(49). https://doi.org/10.1007/s40944-018-0202-y
  7. Profil Kesehatan Indonesia 2023. Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari kemkes.go.id
  8. Taha, M. (2022). The impact of cervical cancer screening on health outcomes: A systematic review. PMC. Diakses dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11435674/
  9. World Health Organization. (2021). Global strategy to accelerate the elimination of cervical cancer as a public health problem. Diakses dari https://www.who.int/europe/news/item/11-09-2021-who-recommends-dna-testing-as-a-first-choice-screening-method-for-cervical-cancer-prevention
  10. World Health Organization. (2021). WHO guideline: Evidence synthesis [Annex A]. Diakses dari https://www.who.int/europe/news/item/11-09-2021-who-recommends-dna-testing-as-a-first-choice-screening-method-for-cervical-cancer-prevention

logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Temui Kami

Senin - Jumat: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Kebijakan Privasi

logo-dark
logo-dark

© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.

Kebijakan Privasi