Salah satu cara dalam pemilihan benur udang yang berkualitas adalah memastikan kesehatan benur tersebut. Beberapa uji yang dipakai untuk cek kondisi kesehatan benur antara lain uji bolitas dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai uji bolitas dan PCR sebagai langkah pemilihan benur udang dan hasil identifikasinya menurut studi.
Apa Itu Bolitas Udang dan Bagaimana Efeknya?
Dilansir dari hasil studi Intriago (2024), beberapa hatchery di Amerika Latin dilaporkan mengalami lonjakan kematian benur massal pada fase zoea II hingga 90% pada September 2023. Setelah diidentifikasi, ditemukan kesamaan yaitu terdapat bolitas pada benur-benur tersebut. Istilah bolitas udang merujuk pada kelainan fisiologis yaitu sekumpulan zat berbentuk bulatan kecil pada saluran hepatopankreas.
ulatan tersebut merupakan akumulasi dari sel epitel hepatopankreas yang terkelupas.
Dengan begitu, keberadaan bulatan bolitas ini menjadi indikator kerusakan jaringan hepatopankreas yang kemudian berimbas negatif pada kesehatan udang. Sebuah studi menyebutkan bahwa adanya bolitas ini akan disertai dengan penghambatan kelenjar pencernaan akibat hepatopankreas yang membengkak. Udang yang memiliki bolitas perlahan akan menunjukkan gejala tidak nafsu makan, perubahan perilaku berenang, terlihat lemas dan kemudian sekarat. Hingga kini, uji bolitas udang menjadi uji umum sebelum melakukan tebar benur udang.
Dalam pemilihan benur udang ditinjau dari kandungan bolitasnya, terdapat 2 uji bolitas pada benur yaitu uji bolitas di dalam hepatopankreas (BHP) dan bolitas di dalam usus (BGI). Umumnya, standar benur yang paling bagus untuk budidaya udang adalah benur yang 100% tidak memiliki bolitas. Sedangkan, benur dengan persentase bolitas 50% atau lebih dianggap tidak layak untuk digunakan.
Uji PCR dalam Pemilihan Benur Udang
PCR adalah metode yang dapat mengidentifikasi materi genetik tertentu pada benur udang hingga level molekuler, termasuk jenis dan kandungan patogen. Metode PCR yang umum dilakukan untuk mengidentifikasi hal tersebut adalah real-time PCR atau qPCR. Metode ini punya keunggulan dibandingkan dengan PCR konvensional yaitu data hasil identifikasinya dapat dilihat dalam bentuk grafik.
Pada umumnya, benur yang berkualitas memiliki sertifikat Specific Pathogen Free (SPF) dan Specific Pathogen Resistant (SPR). Sertifikat SPF menandakan benur terbebas dari infeksi jenis patogen tertentu, sedangkan, sertifikat SPR berarti benur memiliki resistensi terhadap jenis patogen tertentu. Namun, uji PCR tetap perlu dilakukan pada pemilihan benur udang untuk memastikan tidak ada kontaminasi dari berbagai varian patogen.
Keakuratan Hasil Real-Time PCR dibanding Uji Bolitas
Meski telah umum diterapkan, uji bolitas udang memiliki beberapa keterbatasan dalam menampilkan kondisi kesehatan benur. Uji bolitas berguna untuk mendeteksi benur yang berpotensi tidak tumbuh dengan baik melalui pengamatan fisiologis, akan tetapi uji bolitas tidak serta-merta dapat mengidentifikasi patogen yang menyerang udang.
Berdasarkan hasil studi Intriago (2024), bolitas pada udang dikaitkan erat dengan kelimpahan Vibrio sp. (Vibrio alginolyticus, Vibrio fluvialis, Vibrio vulnificus) dan Rickettsia-like Bacteria (RLB) di perairan. Hasil ini didapatkan setelah menjalankan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) pada sampel udang. Meski berhubungan erat dengan Vibrio, uji bolitas udang belum bisa memberikan validasi yang akurat mengenai patogen yang terkandung pada benur udang.
Sedangkan metode uji Real-Time PCR dapat memberikan hasil identifikasi yang lebih spesifik dan deteksi pada beberapa jenis penyakit udang.
Hasil Identifikasi Spesifik & Akurat
Metode qPCR memiliki ketelitian pada level molekular, sehingga kontaminasi jenis patogen dan kelimpahannya dapat terdeteksi secara presisi. Level kontaminasi tersebut dapat menjadi acuan kualitas udang sebelum patogen menginfeksi udang dan menunjukkan gejala pertama. Dengan begitu, petambak dapat memilih sumber benur udang dari hatchery dengan lebih komprehensif.
Multitarget Detection
Selain itu, hasil uji PCR ini juga memperlihatkan berbagai jenis patogen yang terkandung dalam sampel benur. Hal ini berbeda dari hasil uji bolitas yang hanya mengindikasikan kontaminasi dari varian patogen yang terbatas. Meski begitu, hasil uji bolitas tetap dapat digunakan sebagai acuan kondisi kesehatan udang dari segi fisiologis. Namun, validasi mengenai jenis dan kelimpahan patogen pada benur udang tetap memerlukan uji PCR.
Cek Penyakit Udang secara Akurat bersama CeKolam
CeKolam menyediakan layanan untuk cek penyakit udang dengan teknologi Real-Time PCR yang cepat dan akurat. Layanan deteksi penyakit udang CeKolam diprakarsai oleh Nusantara Genetics (Nusantic) yang dikenal sebagai penyedia tes PCR terpercaya selama pandemi, dengan lebih dari 8 juta produk digunakan untuk deteksi COVID-19. Dengan teknologi Real-Time PCR dari CeKolam, penyakit dan patogen pada benur udang dapat terdeteksi bahkan sebelum memunculkan gejala pertama. Akurasi tinggi ini membuat Anda dapat melakukan pemilihan benur udang dengan lebih ketat dan aman. Bersama CeKolam dari Nusantics, deteksi penyakit udang lebih dini dan hindari kerugian hingga miliaran rupiah. Cek layanannya di sini:
0882-1877-4777
Referensi :
- https://fisheries.hangtuah.ac.id/index.php/Fisheries/article/view/63
- https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1036/1/012003
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11205452/