• Home
  • Blog

share

Tren Skin Cycling, Bagaimana Efeknya Pada Microbiome Kulit?

28 Feb 2023

Tren Skin Cycling, Bagaimana Efeknya Pada Microbiome Kulit?

Akhir-akhir ini banyak sekali tren rutinitas skin care yang berkembang termasuk ‘skin cycling’.

Tren ini dimaksudkan agar menggunakan skin care berbahan aktif, seperti retinol atau glycolic acid hanya pada hari-hari tertentu, misalnya 4 hari, lalu ‘istirahat’ atau berhenti menggunakan bahan aktif tersebut selama durasi waktu yang singkat misalnya 2 hari.

Tujuan dari tren ini adalah membantu mencegah iritasi kulit dan pengelupasan kulit berlebihan, sembari tetap manfaatkan efektivitas bahan aktif yang digunakan. 

Sebelum melangkah lebih jauh, yuk bahas bersama apa itu skin cycling!

Asal Mula Skin Cycling

Dikutip dari Today, tren skin cycling mulai merebak di Tiktok. Skin cycling pada dasarnya adalah rutinitas perawatan kulit dengan bahan aktif hanya selama 4 malam yang berulang kali dalam seminggu untuk mengurangi potensi peradangan. 

Video yang menampilkan hashtag #skincycling di Tiktok secara kolektif hingga April 2023 ini sudah mencapai 325 juta views. Salah satu kreatornya mengatakan bahwa tren ini berpengaruh pada kulit acne prone dan sensitif. Sementara, kreator lain mengklaim bahwa rutinitas ini membuat kulit mereka terlihat baik.

Konsep di balik siklus kulit, berakar dari fakta bahwa kulit memiliki siklus pembaruan dan perbaikan alami. Sel-sel kulit berganti ke sel-sel baru setiap 28 hari dan sel-sel lama dilepaskan. Perlu dicatat juga bahwa proses ini bisa saja terganggu oleh berbagai faktor, termasuk stres lingkungan, hormon, dan lifestyle.

Menggunakan bahan aktif seperti retinoid, AHA, BHA, dan vitamin C secara teratur dapat membantu proses pembaruan alami kulit dan membuat kulit terlihat sehat secara keseluruhan.

Namun, terlalu sering menggunakan skin care berbahan aktif ini dapat menyebabkan iritasi, kulit kering, dan efek samping pada kulit lainnya. 

Nah, skin cycling memungkinkan kulit beristirahat dari bahan-bahan aktif. Aturan beristirahat selama pemakaian skin care dapat membantu mencegah pengelupasan kulit dan iritasi yang berlebihan. 

Dengan bergantian antara hari menggunakan dan tidak menggunakan skin care, kulit dapat menyerap dan memanfaatkan bahan aktif dengan lebih baik saat digunakan. Hal ini membuat hasil skin care lebih efektif tanpa mengabaikan kesehatan kulit.

Penting untuk dicatat bahwa skin cycling mungkin tidak cocok untuk semua orang. Jadi, ada baiknya berkonsultasi pada dermatologist untuk konsultasi rutinitas pemakaian skin care yang tepat untuk kamu. 

Selain itu, penting juga menggunakan produk berkualitas tinggi dengan bahan-bahan yang terbukti secara klinis dan mengikuti petunjuk dengan hati-hati untuk menghindari potensi efek samping.

Beda Skin Cycling dan Skin Fasting


Baik ‘
skin cycling’ dan ‘skin fasting’ adalah rutinitas skin care yang sama-sama populer saat ini. Kedua metode ini sama-sama mengubah rutinitas perawatan kulit tapi sangat berbeda satu sama lain.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, skin cycling berarti menggunakan bahan skin care aktif pada hari-hari tertentu dan kemudian berhenti pada durasi singkat dengan tujuan agar kulit bisa beradaptasi dengan bahan-bahan tertentu. 

Di sisi lain, skin fasting dikutip dari Indian Express berarti benar-benar berpantang dari rutinitas skin care selama beberapa minggu, atau tidak menggunakan produk skin care tertentu sama sekali selama tenggat waktu tertentu.

Alasan dibalik tercetusnya tren ini adalah fakta bahwa kulit dapat terlalu bergantung pada produk yang menyebabkan penurunan kemampuan alami untuk menyembuhkan dan regenerasi. 

Dengan beristirahat dari skin care tertentu, kulit dibiarkan untuk me-reset ulang potensinya dalam meningkatkan kesehatan kulit secara keseluruhan. 

Dua tren ini mungkin memiliki beberapa manfaat, tapi juga mempunyai beberapa risiko. Dengan skin cycling, ada risiko pengelupasan berlebihan atau iritasi kulit jika menggunakan terlalu banyak bahan aktif atau jika tidak berhati-hati dengan produk yang digunakan. 

Dengan skin fasting, ada risiko menyebabkan kerusakan pada kulit jika terlalu lama tidak menggunakan produk apa pun, karena kulit mungkin mengalami dehidrasi atau lebih rentan terhadap jerawat.

Efek Skin Cycling Pada Microbiome Kulit

Meskipun ada beberapa bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa skin cycling mungkin bermanfaat bagi beberapa individu, belum ada penelitian yang cukup untuk secara definitif membuktikan apakah metode ini efektif atau aman untuk semua orang. Bahkan, beberapa ahli menyatakan keprihatinan bahwa tren ini sebenarnya berbahaya bagi microbiome kulit.

Microbiome kulit adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup di permukaan kulit. Mikroorganisme ini memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan kulit dengan membantu mencegah peradangan dan melindungi dari patogen berbahaya. 

Namun, penggunaan bahan aktif tertentu yang terlalu sering digunakan, dapat mengganggu keseimbangan microbiome kulit dan menyebabkan berbagai masalah kulit, termasuk jerawat, eksim, dan rosacea.

Satu studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Nature menemukan bahwa penggunaan krim retinoid, bahan aktif umum dalam banyak produk skin care anti-penuaan, dapat secara signifikan mengubah komposisi microbiome kulit.

Studi ini menemukan bahwa penggunaan retinoid dapat menyebabkan berkurangnya bakteri menguntungkan tertentu, sekaligus meningkatkan komposisi bakteri yang berpotensi berbahaya.

Sementara penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami efek skin cycling pada microbiome kulit. Ada kemungkinan bahwa tren ini dapat menyebabkan gangguan serupa dalam menjaga keseimbangan mikroorganisme pada kulit. 

Penting untuk diingat bahwa kulit setiap orang berbeda, dan apa yang berhasil untuk satu orang mungkin efektif untuk orang lain. Jika kamu mempertimbangkan untuk mencoba skin cycling, cobalah berkonsultasi dengan dokter kulit untuk memastikan bahwa penggunaan produk dan metode yang tepat bisa cocok dengan jenis dan masalah kulitmu.


Nah, produk
skin care yang sangat disarankan oleh para ahli adalah yang terbuat dari bahan alami seperti tea tree, lavender, chamomile atau witch hazel. Sebab, formulasi bahan alami cenderung lebih rendah risikonya merusak keseimbangan microbiome kulit.

Untuk kamu yang ingin menggunakan bahan alami untuk skin care, kamu bisa dapatkan dari rangkaian produk Biome Beauty dari Nusantics yang terbuat dari bahan-bahan alami. Biome Beauty dirancang agar microbiome friendly, ramah lingkungan, dan sekaligus menjawab kebutuhan kulit kamu.

Dapatkan produk Biome Beauty di e-commerce favorit kamu, atau kunjungi mitra distributor Nusantics terdekat!


Referensi:

  • https://www.today.com/shop/skin-cycling-routine-t264851

  • https://indianexpress.com/article/lifestyle/life-style/skin-fasting-the-latest- skin care-trend-8423671/

  • Fisher, G., Datta, S., Talwar, H. et al. Molecular basis of sun-induced premature skin ageing and retinoid antagonism. Nature 379, 335–339 (1996). https://doi.org/10.1038/379335a0

Writer: Ria Theresia Situmorang

Editor: Agnes Octaviani