• Home
  • Blog

share

Kulit Beruntusan dan Hubungannya dengan Microbiome Kulit

20 Oct 2022

Kulit Beruntusan dan Hubungannya dengan Microbiome Kulit

Beruntusan alias bintik-bintik kecil yang menonjol pada kulit bisa muncul di wajah dan bagian tubuh lainnya. Kondisi ini bisa karena beberapa penyakit yang berhubungan dengan microbiome kulit.

Kumpulan mikroorganisme yang berada di tubuh kita umumnya terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan archaea. Mereka ini dapat disebut sebagai microbiome.

Sebagai organ terluar dan terbesar manusia, kulit menjadi tempat tinggal jutaan microbiome yang terdiri dari berbagai jenis dan spesies. 

Diperkirakan, di setiap 1 cm2 kulit kita, terdapat 1 juta bakteri dari 100 spesies berbeda. Ini belum termasuk jutaan bahkan miliaran jamur, virus, dan serangga berukuran mikro, lho! Semuanya menyusun microbiome kulit kita.

Microbiome harus seimbang dan beragam agar kulit kita sehat. Jika microbiome terganggu, maka akan muncul masalah-masalah kulit seperti beruntusan.

Beruntusan dan Microbiome

Ada banyak jenis bintik-bintik di kulit, di antaranya, komedo, milia, keratosis pilaris, tahi lalat, dermatosis papulosa nigra, skin tag, reaksi alergi, eksem, rosacea, ingrown hair, dan lipoma.

Selain itu juga ada beberapa penyakit kulit akibat ketidakseimbangan microbiome yang menyebabkan kulit beruntusan, yakni:

1. Jerawat akibat jamur

Jerawat akibat jamur (fungal acne) sering salah didiagnosis sebagai Acne vulgaris atau jerawat komedo (pori tersumbat).

Bedanya, Acne vulgaris kebanyakan muncul di wajah dan tubuh bagian atas, sedangkan jerawat akibat jamur kebanyakan tampak di tubuh bagian atas, lengan, dan wajah bagian atas (dahi dan pelipis).

Selain itu, beruntusan Acne vulgaris memiliki ukuran berbeda dan bisa berwujud whitehead dan blackhead, sedangkan jerawat akibat jamur cenderung berupa bintil-bintil merah berukuran seragam. Umumnya, penderita jerawat akibat jamur juga mengalami Seborrhoeic dermatitis (masalah di kulit kepala) dan ketombe.

Spesies jamur yang terlibat dalam fungal acne adalah M. globosa, M. sympodialis, dan M. restricta. Padahal, di sisi lain, ragi-ragi tersebut termasuk anggota microbiome kulit yang sehat, lho.

Seperti banyak penyakit kulit lain, faktor-faktor yang mengubah keseimbangan mikroba dalam microbiome juga memicu jerawat akibat jamur. Contohnya malnutrisi, mengonsumsi antibiotik atau imunosupresor, menggunakan krim yang berminyak, serta kondisi yang sangat lembap setelah berolahraga bisa memicu atau memperparah jerawat akibat jamur.

Namun, setelah didiagnosis dengan tepat, kebanyakan penderita jerawat akibat jamur bisa mengembalikan keseimbangan microbiome kulit dan mengontrol jerawat antijamur dengan obat antijamur oral yang dikombinasikan dengan perawatan jerawat. 

2. Jerawat meradang akibat bakteri

Kondisi ini ditandai dengan benjolan yang nyeri di wajah, terkadang dengan bagian atas besar berwarna putih dan sekelilingnya berpotensi berwarna merah.

Ini terjadi ketika bakteri di pori kulit mulai tercampur dengan tumpukan kelebihan minyak dan sel kulit mati yang menyebabkan jerawat. Jerawat meradang seringkali merah, nyeri, bengkak, dan terkadang berisi nanah.

Kalau kamu mengalami kondisi ini, jangan pencet jerawatmu, ya, karena bisa membuatnya semakin merah, meradang, dan meninggalkan bekas luka.

3. Folliculitis

Folliculitis terlihat seperti jerawat atau ruam di tempat rambut tumbuh. Namun, kebanyakan  folliculitis muncul di area kulit yang sering tergesek seperti paha, bokong, leher, dan ketiak. Kondisi ini bisa mengenai satu folikel rambut saja atau banyak. Folliculitis juga bisa akut (terjadi dalam waktu singkat) atau kronis (berlangsung lama).

Folliculitis adalah kondisi kulit yang umum terjadi, terutama pada orang-orang obesitas. Biasanya dipicu oleh infeksi bakteri Staphylococcus atau jamur. Ruamnya bisa terasa gatal dan nyeri, tapi bisa diatasi dengan obat-obatan topikal.

Bakteri bisa tersebar melalui kontak tubuh atau kontak dengan barang-barang pribadi, seperti alat cukur, handuk, atau pakaian yang digunakan oleh orang yang memiliki bakteri penyebab folliculitis.

Berbeda dengan bakteri, jamur penyebab folliculitis tidak menyebar lewat kontak fisik. Namun, kamu bisa terkena bakteri atau jamur tadi jika menggunakan kolam renang atau spa yang tidak disanitasi dengan benar. Karena itu, praktik dasar kebersihan kulit bisa menurunkan risiko kamu terkena folliculitis.

Tanda Beruntusan yang Perlu Dikonsultasikan ke Dokter

Beruntusan memiliki bentuk, warna, dan tekstur yang berbeda-beda, tapi kebanyakan tidak berbahaya. Kamu bisa mengobatinya sendiri melalui skin care atau dengan bantuan dokter kulit.

Namun, kalau beruntusan berubah warna atau bentuk, berdarah, atau membesar dengan cepat, kondisi ini mungkin memerlukan intervensi medis. Kamu perlu mengonsultasikannya ke dokter.

Bagi kamu yang memiliki kulit beruntusan, kamu perlu memilih produk skincare yang ramah microbiome. Contohnya adalah Biome Beauty dari Nusantics. Ada tiga varian produk untuk kulit berjerawat yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhanmu. Cari tahu lebih lanjut di sini!

 

Referensi

Writer: Ema Fitria Rahmadiyanti

Editor: Agnes Octaviani