• Home
  • Blog

share

Ingredients yang Bisa Memengaruhi Microbiome Kulit

18 Apr 2022

Ingredients yang Bisa Memengaruhi Microbiome Kulit

Sebagai pertahan pertama tubuh, kesehatan kulit penting untuk dijaga. Microbiome (sekumpulan mikroorganisme, terdiri dari jamur, virus, bakteri, dan archaea) kulit punya peran penting dalam menjaga keseimbangan dan sistem kekebalan, sehingga kamu juga tidak boleh melupakan keberadaan mereka. 

Dengan berbagai produk perawatan kulit dan
makeup yang tersedia di pasaran saat ini, kamu pun dapat bebas memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kamu./Tetapi walaupun produk-produk di pasaran sudah lolos pengujian dan secara umum aman dipakai, ada beberapa jenis komposisi yang perlu kamu waspadai. 

Pasalnya,
skincare ingredients berikut ini berpotensi merusak keseimbangan microbiome kulit. Dikutip dari Skin Trust Club, berikut adalah beberapa komposisi yang perlu kamu awasi penggunaannya:
 

1. Pewarna Sintetis

pewarna sintetis


Pewarna buatan biasanya mudah ditemukan dalam produk makeup atau produk lain agar warnanya menarik mata. Dalam daftar komposisi yang terdapat di label kemasan, biasanya pewarna sintetis dengan nama dan kode nomor identifikasi.

Walaupun sudah disetujui oleh badan kesehatan seperti BPOM, pewarna dapat meningkatkan risiko kulit sensitif dan iritasi kulit. 

Bahan-bahan kimia di dalam pewarna sintetis dapat memicu ketidakseimbangan
microbiome di kulit yang dapat berkembang menjadi masalah kulit seperti jerawat.

Baca Juga: Pada Usia Berapa Sebaiknya Kita Memulai Penggunaan Skincare?
 

2. Pengawet


Sebagian besar produk makeup, sabun, dan perawatan kulit lainnya akan memerlukan pengawet agar produk tetap aman dipakai walaupun sudah berbulan-bulan di rak supermarket atau disimpan di rumah kamu. 

Bahan pengawet yang paling umum digunakan adalah Paraben. Dalam daftar komposisi, kamu bisa mungkin akan menemukan bahan paraben dalam nama lain seperti:

  • Methylparaben
  • Propylparaben
  • Butylparaben
  • Ethylparaben
 

Tetapi penelitian dari Korea Selatan menemukan bahwa paraben dapat bertindak seperti hormon estrogen di tubuh, sehingga dapat mengganggu keseimbangan hormon. 

Ketika terserap kulit, paraben dapat menghalangi pertumbuhan microbiome kulit dan menyebabkan perkembangbiakkan mikroba lain, sehingga akhirnya merusak keseimbangan microbiome kulit.
 

3. Parfum dan Pewangi Sintetis

parfum
 

Bahan-bahan yang terdapat dalam produk perawatan kulit dan makeup pada dasarnya tidak memiliki aroma yang menarik. 

Produsen perlu menambahkan pewangi (
fragrance) atau parfum (perfume) sintetis ke dalam produk agar produknya lebih nyaman dan menarik digunakan konsumen.

Sayangnya, walaupun sabun,
skincare, dan makeup kamu menjadi harum, sebagian orang dapat bereaksi negatif terhadap pewangi buatan ini. 

Secara umum, pewangi sintetis bukan bahan berbahaya, tetapi bahan-bahan dalam pewangi dapat memberikan dampak berbeda-beda terhadap
microbiome kulit. 

Selain itu, penelitian juga menemukan potensi reaksi alergi dan dapat memicu kondisi kulit kronis seperti dermatitis.


Baca Juga: Mengenal Struktur Lapisan Kulit dan Hubungannya dengan Penggunaan Skincare
 

4. Formaldehyde


Sejak ditemukan pada tahun 1859, formaldehyde dapat ditemukan di berbagai produk secara luas. 

Mulai dari produk perawatan wajah, kuteks, penghapus kuteks, beberapa produk pasta gigi dan perawatan gigi lainnya, serta parfum yang menggunakan pewangi sintetis.


Formaldehyde dapat memicu reaksi alergi bagi sebagian orang ketika digunakan. Nama lain yang biasanya digunakan antara lain:

  • Formalin
  • Formic aldehyde
  • Methanediol
  • Methanal
  • Methyl aldehyde
  • Methylene glycol
  • Methylene oxide
 

5. SLS & SLES

sls sles


Ingredients satu ini juga sudah tidak asing lagi bertengger di label kemasan produk perawatan kulit kamu. 

Sodium Lauryl (SLS) dan Laureth Sulfate (SLES) adalah bahan surfaktan yang paling banyak digunakan di industri. Bahan ini dapat ditemukan hampir di segala jenis sabun, sampo, losion, pasta gigi, mouthwash, dan deterjen pakaian.

Surfaktan berfungsi untuk menciptakan busa saat digunakan. Konsentrasi SLS dan SLES bervariasi pada tiap produk, mulai dari 1% hingga 50%. 

Dampak SLS dan SLES pada kulit dapat mengganggu komposisi dan jumlah lapisan lipid, menghilangkan lapisan
barrier alami kulit, dan membuat kulit menjadi berkurang pelindungnya.

Baca Juga: Alkohol pada Skincare, Bahaya untuk Microbiome Kulit
 

6. Propylene Glycol


Propylene glycol (PG), merupakan skincare ingredients yang dapat ditemukan pada foundation cair, pelembap, lipstik, sampo, kondisioner, dan deodoran spray

Bahan ini punya nama lain seperti 1,2-propanediol atau propane 1,2-diol. Pada label kemasan makanan, bahan ini ditulis sebagai E1520, atau dalam kode lain.

Bahan kimia ini berfungsi untuk meretensi kelembapan tekstur produk sehingga tidak cepat mengering.
Reaksi kulit secara langsung terhadap bahan ini cukup jarang, namun PG dapat meresap ke dalam kulit hingga ke lapisan paling dalam. 

Penelitian menemukan hubungan paparan terhadap PG untuk jangka waktu lama meningkatkan sensitivitas, kemerahan, dermatitis, dan reaksi alergi.

Dengan segala ingredients yang dapat memengaruhi
microbiome kulit ini, bagaimana kamu harus memilih?

Untungnya kini kesadaran dan permintaan konsumen akan produk yang menggunakan bahan-bahan lebih alami dan lebih sedikit bahan sintetis dijawab oleh para pelaku industri. 

Tak sulit mencari produk yang berlabel bebas paraben, SLS & SLES, parfum dan pewangi, dan lainnya untuk menghindarkan kamu dari efek negatif komposisi-komposisi tersebut.

Kamu juga harus coba
skincare ramah microbiome dari Nusantics! Rangkaian Biome Beauty dari Nusantics sudah diformulasikan agar tidak merusak keseimbangan microbiome dan sekaligus ramah lingkungan. Kepoin, yuk!

Referensi:

  • Caballero, David. “Hidden Ingredients in Your Skincare Products That May Be Affecting Your Skin Microbiome.” Skin Trust Club, 21 Sept. 2021, www.skintrustclub.com/blog/hidden-ingredients-in-your-skincare-products-that-may-be-affecting-your-skin-microbiome.
  • Jacob, Sharon E., et al. “Propylene Glycol.” Dermatitis, vol. 29, no. 1, 2018, pp. 3–5. Crossref, https://doi.org/10.1097/der.0000000000000315.
  • Jeong, Jin-Ju, and Dong-Hyun Kim. “Effects of Cosmetics and Their Preservatives on the Growth and Composition of Human Skin Microbiota.” Journal of the Society of Cosmetic Scientists of Korea, vol. 41, no. 2, 2015, pp. 127–34. Crossref, https://doi.org/10.15230/scsk.2015.41.2.127.
  • “Perfume Allergies.” Health and Consumers European Commission, ec.europa.eu/health/scientific_committees/opinions_layman/perfume-allergies/en/l-3/2-skin-problems.htm. Accessed 8 May 2022.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang