• Home
  • Blog

share

Amankah Kebiasaan Minum Air dari Botol Plastik?

5 Nov 2021

Amankah Kebiasaan Minum Air dari Botol Plastik?

Botol plastik -- baik sekali pakai maupun bisa dipakai berulang -- banyak menjadi pilihan untuk membawa air minum saat bepergian karena praktis dan ringan. Namun, ada kekhawatiran bahwa plastik lama-lama bisa mengeluarkan zat berbahaya ke air, terutama jika terkena panas. Benarkah?

Kebanyakan benda plastik mengeluarkan sedikit zat kimia ke minuman atau makanan yang mereka tampung. Seiring meningkatnya suhu dan lamanya waktu, ikatan kimia pada plastik semakin lepas sehingga zat kimia kemungkinan akan mencemari isi wadah plastik. Simak penjelasan lebih lanjut berikut ini.

 

Apa yang Terjadi Jika Botol Plastik Sekali Pakai Terkena Panas?

botol terkena panas


Kebanyakan botol air di supermarket terbuat dari plastik lunak yang disebut polietilena tereftalat (PET). Kamu bisa mengenalinya dengan angka daur ulang nomor satu di bagian bawah botol. Botol ini banyak diterima oleh program daur ulang.

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) serta Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat memastikan bahwa minuman botolan di pasaran – baik isi maupun wadahnya – aman untuk manusia. Jumlah zat kimia yang terdapat dalam minuman tersebut terlalu sedikit untuk menimbulkan masalah kesehatan. Namun, bagaimana jika botol terkena panas?

Menurut studi
Arizona State University, panas mempercepat pelepasan antimoni pada botol PET. Antimoni adalah logam keras yang digunakan dalam pembuatan plastik dan bisa beracun dalam dosis tinggi. Penelitian lain di jurnal Environmental Pollution pada 2014 memperkuat temuan tersebut. Namun, dari 16 merek minuman botol yang diteliti, hanya satu yang kadar senyawanya melebihi batas.

Pada suhu 210
C, zat kimia dalam minuman botol dalam level aman. Namun, menurut Rolf Halden, direktur Center for Environmental Health Engineering di Arizona State University’s Biodesign Institute, semakin panas suhu udara, semakin banyak zat dalam plastik yang bisa pindah ke makanan atau air minum.

Julia Taylor, peneliti plastik di University of Missouri, sependapat dengan Halden. “Umumnya, panas membantu memecah ikatan kimia pada plastik, misalnya botol plastik, dan zat kimia tersebut bisa berpindah ke minuman yang mereka tampung,” ujar Taylor.

Baca Juga: Makanan yang Harus Kamu Konsumsi & Hindari untuk Kesehatan Microbiome Mulut
 

BPA pada Botol Air yang Bisa Dipakai Ulang

BPA pada botol


Botol plastik yang bisa dipakai ulang memang bisa mengurangi sampah secara signifikan dibanding botol minum sekali pakai. Namun, bukan berarti botol plastik ini aman dari zat kimia berbahaya.

Botol air yang bisa dipakai berulang kali kebanyakan terbuat dari polietilena berdensitas tinggi (HDPE) atau polikarbonat. HDPE memiliki kode daur ulang nomor dua dan diterima oleh program daur ulang, sedangkan polikarbonat berkode tujuh dan lebih sulit didaur ulang.

Agar botol keras dan mengilat, produsen sering menggunakan bisfenol-A atau BPA. BPA adalah senyawa yang bisa mengganggu fungsi normal hormon di endokrin dan menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Penelitian di jurnal Advance Science pada 2016 pun menunjukkan kaitan antara senyawa tersebut dengan kanker payudara.

Pada 2012, FDA telah melarang BPA dari kemasan susu formula bayi serta botol susu dan gelas bayi. Namun,
belum ada bukti untuk melarang senyawa tersebut dari produk lain. Meski demikian, perusahaan air minum dalam kemasan dan banyak produsen lain ikut menghilangkan BPA dari produknya.

Bagaimanapun, bukan berarti air minum dalam botol plastik bebas dari risiko tinggi zat kimia lain. “Bebas BPA bukan berarti aman,” Taylor mengingatkan. Bisfenol-S sering digunakan sebagai alternatif meski menurut Taylor strukturnya mirip BPA dan memiliki sifat yang sangat mirip.

Tidak terlalu banyak studi tentang air yang disimpan di botol air yang bisa digunakan kembali dalam suhu panas. Namun,
percobaan dengan menuangkan air mendidih ke botol polikarbonat mengindikasikan bahwa semakin banyak BPA yang keluar dan mencemari air. Penelitian di tahun 2014 tadi juga menunjukkan bahwa kadar BPA agak meningkat pada 16 botol yang diteliti, tapi tidak sampai melebihi batas yang ditetapkan EPA.

Baca Juga: Seperti Apa Microbiome dalam Air yang Kita Minum?
 

Air Botolan yang Disimpan di Mobil Berbahaya?

air botolan di mobil


Saat diuji dalam kondisi di atas 650C, antimoni dalam kadar tinggi ditemukan pada air botolan di Tiongkok dan Meksiko. Pertanyaannya, mungkinkah suhu mencapai suhu sedemikian tinggi dalam situasi sehari-hari? 

Jawabannya mungkin, tepatnya di dalam mobil yang terjemur sinar matahari musim panas. Bahkan, botol plastik yang terjemur di mobil
bisa membakar jok vinil karena mengonsentrasikan sinar matahari ke satu titik, lho!

Menurut eksperimen, butuh waktu 38 hari untuk air botolan dipanaskan dengan suhu tersebut untuk menghasilkan antimoni dalam jumlah melebihi batas aman.

 

Zat Lain dalam Botol Plastik

zat lain dalam botol


Di luar antimoni dan BPA, jejak timbal, klorin, bakteri, pestisida, dan beberapa zat lain yang berbahaya juga bisa saja mencemari air minum botolanmu.

Konon, memanaskan atau membekukan botol PET bisa menimbulkan karsinogen dietil heksil adipat (DEHA) pada air. Namun, menurut
Polymer Solutions International, air tersebut masih aman diminum meski ada sedikit perubahan rasa, bau, atau warna. 

Bagaimana dengan botol yang sudah dibuka? Ada kemungkinan mikroba
airborne menempel ke bagian dalam bibir botol. Memang tak semua bakteri berbahaya, tapi setelah beberapa hari, kelembapan dalam botol yang hangat dan tertutup bisa memunculkan organisme-organisme baru. Namun, selama botol yang bisa digunakan berulang dicuci dengan air sabun dan dikeringkan dengan baik tanpa ditutup, botol tersebut aman diisi kembali.

Menurut studi
State University of New York in Fredonia, ada mikroplastik dalam jumlah berlebihan pada air botolan, terutama di merek-merek terkenal. Mikroplastik adalah serpihan kecil plastik berukuran 5 mm atau kurang. Plastik tersebut ditemukan di lebih dari 93% air botolan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan belum ada bukti konsumsi mikroplastik bisa memengaruhi kesehatan, tapi kamu tetap perlu waspada.

Baca Juga: Probiotik dan Air Ternyata Sama Pentingnya bagi Tubuh, Mengapa?
 

Kesimpulan

kesimpulan


Zat kimia yang terkonsumsi dari makanan atau minuman yang disimpan di wadah plastik yang terjemur mungkin belum terbukti berpengaruh pada kesehatan. Namun, sebenarnya, efek wadah plastik terhadap kesehatan adalah hasil paparan dari kombinasi toksin dan zat kimia serta gejala dan kondisi kesehatan. Sedikit saja bahan berbahaya bisa berdampak pada tumbuh dan memperburuk kondisi.

Selain itu, menurut Halden, hal yang patut kamu cemaskan adalah seberapa banyak plastik yang mengelilingimu sehari-hari. “Kalau kamu minum air dari satu botol PET, mungkin tidak berpengaruh pada kesehatanmu. Namun, kalau kamu minum 20 botol sehari, keamanannya perlu dipertanyakan,” ungkap Halden. Menurut dia, efek kumulatif dari plastik di sekitar kita memiliki potensi dampak kesehatan terbesar.

Taylor sendiri menyarankan bahwa material kaca lebih baik dari plastik untuk wadah minuman. “Kalaupun memakai botol plastik, simpanlah dalam kantong atau tutup ketika tidak digunakan (sehingga tidak terpapar sinar matahari langsung dalam waktu lama) serta tidak meninggalkan botol plastik dalam mobil yang terjemur,” ujar Taylor.

Selain itu, meski efek konsumsi BPA terhadap kesehatan masih harus diteliti lebih jauh, pilihlah botol air minum yang bebas BPA agar kamu lebih yakin akan keamanannya.


Stay healthy dan selalu jaga asupan air putih kamu setiap hari, ya! Buat kamu yang mau baca informasi menarik lainnya seputar kesehatan, microbiome, informasi teknologi, atau seputar COVID-19, mampir ke Nusantics Blog, yuk.

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang