logo-dark
logo-dark

Home

Blog

Kenali AHPND, Musuh Bebuyutan Para Petambak Udang

Blog

Kenali AHPND, Musuh Bebuyutan Para Petambak Udang

December 11, 2024 by Ria Theresia Situmorang

Share

blog-image

Budidaya udang menjadi salah satu bisnis paling cuan saat ini tapi juga berisiko tinggi. Produksi akuakultur dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif tapi juga diimbangi dengan bahaya penyakit yang terus berkembang dan menyebar secara masif. 

Salah satu penyakit yang paling kompleks adalah nekrosis hepatopankreas akut atau 
acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). Penyakit mematikan ini membuat banyak petambak rugi. Dari sisi konsumen, jika penyakit ini tidak dapat dicegah, maka harga udang di pasaran pasti melonjak naik karena sedikitnya pasokan.

Nah, untuk lebih jelasnya, yuk kulik bersama apa itu AHPND dan cara mencegahnya!

 

Apa itu AHPND?

Berdasarkan The Fish Site, pada 2009 terjadi penyakit wabah serius yang menyebabkan kematian udang L. vannamei dan P. monodon yang tinggi di China bagian selatan. Awalnya, peneliti menyebut penyakit ini early mortality syndrome (EMS) atau acute hepatopancreatic necrosis syndrome (AHPNS). Namun, mereka kebingungan menentukan penyebab EMS/AHPNS. Ada beberapa hipotesis yang muncul, seperti toksin lingkungan dan infeksi virus. Sampai akhirnya Loc Tran dan dibuktikan dengan temuan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh strain bakteria, Vibrio parahaemolyticus, yang tersebar bebas dalam budidaya udara.  Dengan perkembangan ilmu, akhirnya nama EMS/AHPNS disarankan menjadi yang lebih tepat untuk penyakit ini yaitu acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND).
 

Gejala Udang Terkena AHPND


Dikutip dari 
jurnal Toxins pada tahun 2021, wabah AHPND sebenarnya dapat dideteksi dengan memperhatikan tanda-tanda fisik udang, antara lain:

  • Bagian kepala yang pucat, menyusut atau berhenti berkembang

  • Tekstur cangkang yang lunak

  • Isi perut yang hanya sebagian hingga tidak berisi secara konsisten


Pada fase akut, udang yang terinfeksi AHPND akan menunjukkan pengelupasan sel epitel tubulus di hepatopankreas. Namun, untuk memastikan penyakitnya, diperlukan pemeriksaan histologis lebih lanjut di laboratorium. 

Hatchery (tempat penetasan telur) adalah salah satu sumber utama di mana AHPND menyebar cepat melalui benur yang terinfeksi, yang dapat menyebabkan wabah paling cepat 14 hari setelah ditebar. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui kontaminasi silang, yaitu ketika patogen memasuki kolam melalui peralatan, sepatu/kaki, burung dan kepiting, atau jika penyakit tersebut tidak disingkirkan dari siklus produksi kolam sebelumnya.  Udang lebih rentan terhadap wabah ini dalam kondisi lingkungan tertentu, meliputi faktor-faktor seperti:
 

  • Kandungan unsur hara yang tinggi dalam air tambak dari penambahan pupuk atau molase

  • Air dengan suhu tinggi, salinitas >5 ppt, dan pH >7

  • Sirkulasi air yang buruk dan habitat plankton yang rendah

  • Penumpukan sedimen organik, seperti pakan yang tidak dikonsumsi dan karkas udang


Kerugian akibat AHPND

Wabah ini adalah musuh bebuyutan para petambak udang di Asia selama 10 tahun terakhir. Thailand sebagai produsen udang terbesar kedua di dunia setelah China, terdampak paling besar karena penyakit ini. Sejak mewabahnya EMS/AHPND pada tahun 2012, produksi udang, total produksi, jumlah tambak turun dan luas lahan turun drastis.

Dari tahun 2010-2016, penyakit ini menyebabkan kerugian finansial sebesar US$11,58 miliar di Thailand dan lebih dari 100.000 pekerjaan hilang. Secara global, penyakit ini menyebabkan penurunan produksi hingga 60%. Jadi, kerugiannya secara keseluruhan mencapai US$43 miliar hanya dari budidaya udang saja. 

 

CeKolam Sebagai Solusi Pengecekan AHPND

CeKolam dari Nusantics adalah layanan deteksi patogen penyebab penyakit yang bisa mengetahui penyakit bahkan sebelum udang menunjukkan gejala.  Bagi petambak udang di Indonesia, solusi ini dianggap lebih cepat dan murah dengan akurasi yang tinggi.  Teknologi RT-PCR RxReady sendiri mampu mendeteksi penyakit sebelum gejala pertama muncul. 

Untuk menghadirkan 
CeKolam, Nusantics berkolaborasi dengan Bu Naim, atau yang akrab disebut sebagai Dokter Udang, untuk misi menurunkan angka risiko gagal panen karena penyakit.  Selain itu, CeKolam juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tambak udang yang merupakan sumber protein nasional. 

Mulai dari Rp250 ribu saja, petambak udang bisa menikmati layanan CeKolam dengan mengirimkan sampel ke Lab CeKolam. Jadi, jangan ragu untuk 
CeKolam, ya! 

 




Referensi:

  1. https://thefishsite.com/articles/feed-additives-can-reduce-the-impact-of-ems-ahpnd

  2. Kumar, V.; Roy, S.; Behera, B.K.; Bossier, P.; Das, B.K. Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND): Virulence, Pathogenesis and Mitigation Strategies in Shrimp Aquaculture. Toxins 202113, 524. https://doi.org/10.3390/toxins13080524

  3. Putth, Songsanjinda; Polchana, Jaree. Current status and impact of early mortality syndrome (EMS)/acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) and hepatopancreatic microsporidiosis (HPM) outbreaks on Thailand's shrimp farming: Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center. 2016, 7, 134. repository.seafdec.org.ph:10862/3094


logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Find Us

Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy

logo-dark
logo-dark

© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.

Privacy Policy