Blog
Efektifkah Air Purifier dalam Mencegah Airborne Disease?
December 03, 2024 by Ema Fitria Rahmadianti
Share
Saat pandemi COVID-19, banyak orang berburu air purifier yang mengklaim dapat menghilangkan mikroorganisme berbahaya di udara (airborne disease). Apakah benar teknologi tersebut efektif?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan airborne transmission of infectious agent sebagai penularan penyakit yang disebabkan oleh penyebaran percikan pernapasan (droplet nuclei) yang tetap bersifat menular ketika berada di udara dalam jarak yang panjang dan waktu yang lama.
Secara sederhana, airborne disease adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan disebarkan melalui udara. Banyak penyakit airborne disebabkan oleh beragam patogen, termasuk bakteri, virus, dan jamur.
Organisme-organisme tersebut bisa tersebar melalui bersin, batuk, penyemprotan cairan, penyebaran debu, berbicara, atau aktivitas lain yang menghasilkan partikel aerosol. Menurut artikel di StatPearls, secara umum, airborne disease tidak termasuk gangguan yang disebabkan oleh polusi udara, racun, kabut asap, dan debu.
Beberapa patogen umum yang dapat tersebar lewat transmisi udara adalah:
Di hampir semua kasus, patogen airborne menyebabkan reaksi peradangan di saluran pernapasan atas yang memengaruhi hidung, sinus, tenggorokan, dan paru-paru. Keterlibatan struktur tersebut bisa mengakibatkan sumbatan sinus, sakit tenggorokan, serta gejala saluran pernapasan bawah.
Air purifier atau alat pemurni udara adalah alat yang menghilangkan kontaminan dari udara di sebuah ruangan untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang. Alat ini sering diklaim bermanfaat bagi penderita alergi dan asma, serta dapat mengurangi atau menghilangkan asap rokok.
Lalu, apakah air purifier dapat membuat rumah terbebas dari kuman, termasuk coronavirus penyebab COVID-19? Menurut Choice, bisa.
Virus biasanya disebarkan oleh partikel aerosol kecil ketika orang yang terinfeksi menghembuskan napasnya, batuk, atau bersin. Droplet bisa berada di udara dalam waktu lama, yakni satu jam atau lebih.
Di kondisi yang tepat, air purifier yang bagus bisa menghilangkan sebagian besar partikel tersebut dari udara ruangan.
Ada beberapa teknologi yang digunakan di air purifier. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa saja?
HEPA adalah singkatan dari high efficiency particulate air. Berdasarkan studi di International Journal of Environmental Research and Public Health, tanpa air purifier, percikan dari pernapasan (droplet nuclei) berakumulasi di ruangan dan konsentrasinya akan terus meningkat. Setelah dua menit air purifier dinyalakan, konsentrasi droplet nuclei lebih rendah.
Penggunaan air purifier yang mengandung H13 HEPA filter secara terus menerus dapat menghilangkan 99.99% partikel seukuran droplet nuclei. Berdasarkan temuan di Morbidity and Mortality Weekly Report, portable HEPA air cleaner dapat semakin mengurangi paparan ke aerosol SARS-CoV-2 jika digunakan bersamaan dengan masker.
Penelitian di Elsevier Public Health Emergency Collection juga menunjukkan bahwa personal air cleaner dengan HEPA filter dapat mengurangi konsentrasi aerosol dan mempercepat pelenyapannya di ruangan dengan tingkat ventilasi rendah.
Namun, kamu perlu memahami kapasitas filtrasi dan ukuran ruangan yang direkomendasikan di buku panduan air purifier untuk memastikan alat ini efektif. Selain itu, HEPA air cleaner paling efektif ketika berada dekat dengan sumber aerosol.
Jadi, air purifier dengan HEPA filter memang dapat menangkap virus airborne (termasuk coronavirus COVID-19) yang melewati alat ini, tapi tidak bisa membunuhnya.
Setelah terperangkap, virus bisa tetap hidup di permukaan filter selama beberapa jam atau bahkan hari sebelum pada akhirnya akan mati. Kecuali jika kamu membuka filternya, sehingga virus bisa kembali lepas ke udara atau menempel di tanganmu.
UV purifier bekerja dengan menyedot udara ke alat lalu mengeksposnya ke lampu ultraviolet yang umumnya menghasilkan sinar UV-C. Melalui proses ultraviolet germicidal irradiation (UVGI), sinar UV memecah ikatan kimiawi antar molekul DNA.
Kerusakan selular atau genetik terjadi sehingga mikroorganisme yang melewati sinar UV menjadi hancur. Ini membuat virus menjadi tidak aktif serta mematikan bakteri dan jamur.
Meski demikian, biasanya virus atau bakteri harus terpapar sinar UV selama beberapa menit sebelum hancur. Kalau udara hanya sekadar lewat cahaya UV, biasanya paparannya tidak terlalu lama.
Menurut Allergy & Air, teknologi UV paling sering digunakan bersamaan dengan sistem filter. Jadi, UV digunakan untuk mensterilisasi filter yang sudah menangkap kuman. Awalnya udara difilter dengan HEPA dan activated carbon, lalu UV digunakan sebagai tahap akhir filtrasi.
Activated carbon adalah karbon yang telah diolah agar sangat berpori sehingga memiliki area permukaan yang sangat luas untuk menyerap dan mengikat zat kimia.
Ini membuatnya sangat efektif untuk menangkap polutan seperti emisi zat kimia (termasuk formaldehida dan zat kimia dari bahan pembersih rumah tangga), gas, asap (tembakau dan hasil memasak), dan bau (termasuk parfum dan bau hewan peliharaan).
Setelah ditangkap, polutan tersebut tidak dilepas kembali ke udara sehingga tidak terjadi kontaminasi ulang. Tipe filter ini cocok untuk penderita asma, alergi, serta kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, dan lansia.
Sayang, carbon air filter memiliki efisiensi rendah dalam menghilangkan alergen dan partikel airborne seperti mikroorganisme patogen. Alat ini juga memiliki batasan dalam melenyapkan kontaminan yang jauh dan tidak dipaksa melewati filter.
Selain HEPA filter, UV purifier, dan carbon filter, ada pula beberapa jenis air purifier lainnya, seperti:
Air purifier hanya dapat menjebak virus yang melayang di udara dan melewati purifier. Dengan kata lain, hanya udara di ruangan yang memiliki air purifier yang bisa dijernihkan, sedangkan area lain tidak. Selain itu, virus yang menempel di permukaan tidak dapat dihilangkan oleh air purifier.
Jadi, air purifier yang bagus memang bisa membantu menjaga udara di ruangan tetap bersih, tapi bukanlah solusi sempurna untuk menghilangkan virus. Seperti disarankan AirOasis, carilah air purifier yang memiliki banyak tahap filtrasi, misalnya HEPA filter dengan tambahan teknologi UV, filtrasi karbon, dan ionisasi bipolar.
Bagaimanapun, kamu tetap harus melakukan praktik kebersihan dasar, yaitu:
Sebaiknya kamu sering membuka jendela dan pintu agar ruangan memiliki ventilasi alami. Jadi, udara bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan. Namun, kalau tidak memungkinkan – misalnya ruangan tidak berventilasi atau udara di luar terlalu panas, dingin, atau berpolusi – maka kamu bisa menutup rumah dan menyalakan air purifier.
Tidak semua mikroorganisme adalah ancaman bagi kesehatan kita, bahkan sebagiannya membuat kita semakin sehat. Yuk, kenali dunia microbiome yang luar biasa bersama Nusantics Blog!
Referensi:
Fresh Articles
The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy