Blog
Waspada, Stres dapat Mengubah Microbiome dalam Tubuh!
January 26, 2021 by Lintang Zahrima Kalsum
Share

Stres adalah kondisi di mana tubuh melakukan suatu reaksi, baik fisik maupun emosional ketika mendapat ancaman, tekanan, atau suatu perubahan lingkungan yang mengharuskan seseorang itu menyesuaikan diri.
Stres bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari masalah keluarga, pertemanan, pekerjaan, hingga lingkungan luar secara tidak langsung. Tak jarang, pola pikir yang terlalu sempit dan cenderung negative juga bisa berpengaruh terhadap tingkat stres, lho.
Hormon Stres

Saat stres, tubuh akan lebih banyak memproduksi hormon adrenalin, norepinephrine, dan kortisol. Hormon adrenalin dan norepinephrine akan mendapatkan rangsangan dari otak ketika stres datang, sehingga hormon-hormon ini menjadi penentu yang menghasilkan reaksi terhadap stres. Akibatnya, kamu jadi terlalu fokus pada masalah yang dihadapi.
Sedangkan hormon kortisol memberi dampak yang sama seperti hormon lain, hanya saja bekerja lebih lambat karena kortisol membuat kamu memikirkan dampak jangka panjang terhadap reaksi yang akan kamu lakukan.
Pada dasarnya, hormon-hormon tadi haruslah sesuai jumlahnya. Jika berlebih, akan memberikan risiko buruk seperti tekanan darah meningkat, menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan gula darah, obesitas, hingga efek terhadap kulit seperti jerawat dan masalah kulit lainnya.
Stres Mengubah Microbiome

Microbiome adalah mikroorganisme yang hidup di tubuh manusia dan berperan mulai dari membantu proses pencernaan, melawan patogen, hingga menjaga kesehatan kulit.
Di dalam tubuh, keseimbangan microbiome menjadi penentu terhadap kesehatan seseorang. Jika microbiome terganggu, tak hanya mudah mendatangkan penyakit, namun juga mengganggu keseimbangan hormon. Nah, ketidakseimbangan microbiome ini bisa juga dipicu oleh stres.
Selain dipengaruhi faktor lingkungan dan gaya hidup, stres juga bisa terjadi akibat proses inflamasi, lho. Inflamasi adalah proses tubuh untuk melindungi dirinya dari infeksi mikroorganisme asing.
Berdasarkan penelitian Current Opinion in Pharmacology, proses inflamasi ini dapat menyebabkan stres. Saat stres dan microbiome terganggu, maka proses inflamasi akan semakin aktif.
Tak hanya stres, sesuai dengan penelitian The Canadian Journal of Psychiatry, gangguan stres pasca trauma (PTSD) juga dapat mengubah microbiome. Hal ini ditandai dari respon hormon kortisol yang rendah, kemudian berakibat pada microbiome di usus yang tidak seimbang. Dalam jangka panjang, akan ada efek fisiologi penderita lebih rentan untuk trauma.
Usus merupakan organ dengan jumlah microbiome terbanyak di tubuh. Ketika usus mengalami gangguan seperti radang usus atau gangguan pencernaan, microbiome di dalamnya tentu akan terganggu.
Nah, saat microbiome sibuk melawan patogen atau menyembuhkan penyakit, mereka tidak akan berhasil jika kamu masih mengalami stres. Sebab, stres malah bisa memperburuk keadaan.
Tingkat stres yang sudah dalam level parah dikenal dengan istilah oxidative stress. Kondisi ini memungkinkan jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi batas, sehingga tubuh tidak mampu untuk menetralkannya.
Sesuai dengan penelitian Nature Research, penderita oxidative stress akan diserang berbagai bakteri dan memengaruhi microbiome, sehingga proses penyembuhan luka akan lebih lama.
Penyembuhan luka ini dipengaruhi oleh spesies bakteri patogen yang membentuk biofilm (sekumpulan bakteri yang menempel di suatu permukaan dan direkatkan oleh suatu karbohidrat yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri) dan tidak mengizinkan luka sembuh secara normal.
Tips Hindari Stres

Hmm… Ternyata stres sangat merugikan dan berisiko besar bagi kesehatan secara menyeluruh, ya. Maka, usahakan agar kamu tidak terserang stres, ya. Banyak lho cara yang dapat dilakukan agar kamu terhindar dari stres, di antaranya:
- Selalu positive thinking.
- Jalani hidup tidak terlalu ambisius dan high expectation.
- Jalani pola makan sehat.
- Olahraga teratur, minimal 30 menit per hari.
- Atur pola tidur, minimal 7-8 jam per hari.
- Manajemen waktu yang baik, antara pekerjaan dan me time.
- Selalu berusaha menyelesaikan masalah dan tidak menumpuk beban.
Mudah-mudahan kamu selalu terhindar dari stres dan selalu hidup bahagia, ya. Jangan lupa mampir ke Nusantics Blog untuk membaca artikel menarik lainnya tentang microbiome dan kesehatan kulit!
Referensi
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1471489216300492
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352289515300370
- https://www.nationwidechildrens.org/for-medical-professionals/tools-for-your-practice/connect-with-nationwide-childrens/pediatrics-online/2019/february/stress-alters-the-gut-microbiome
- Maltz, Ross M., Keirsey, Jeremy, dkk. 2019. Social Stress Affects Colonic Inflammation, the Gut Microbiome, and Short-chain Fatty Acid Levels and Receptors. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition.
- Sophie Leclercq, Paul Forsythe, John Bienenstock. 2016. Posttraumatic Stress Disorder: Does the Gut Microbiome Hold the Key?. The Canadian Journal of Psychiatry / La Revue Canadienne de Psychiatrie. 2016, Vol. 61(4) 204-213.
- Rudy Boonstra. 2012. Reality as the leading cause of stress: rethinking the impact of chronic stress in nature. British Ecological Society.
- https://www.nature.com/articles/s41598-019-55644-3
Fresh Articles
Menu
Find Us
Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.
i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210
Contact Us
hello@nusantics.com
+62 (21) 509 194 30
Copyright © 2025 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy
© 2025 PT Riset Nusantara Genetika.
Privacy Policy