logo-dark
logo-dark

Home

Blog

Pengaruh Pola Hidup Vegan & Vegetarian pada Microbiome Usus

Blog

Pengaruh Pola Hidup Vegan & Vegetarian pada Microbiome Usus

January 26, 2021 by Anita Desyanti

Share

blog-image

Siapa di antara kamu yang beberapa tahun belakang ini konsisten menjalani pola hidup sebagai vegan dan vegetarian? Nah, kabar gembira, nih. Karena pola makan nabati tampaknya bermanfaat bagi kesehatan manusia dengan mendorong pengembangan sistem microbiome yang lebih beragam dan stabil. 

Microbiome di usus kamu terdiri dari lebih dari 1.000 spesies - yang terdiri dari bakteri, virus, archaea, dan jamur. Tak hanya di usus, microbiome juga bisa ditemukan di beberapanbagian tubuh manusia seperti kulit, vagina, hidung, dan mulut. Microbiome berperan pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia.
 

Tentang Salah Kaprah Konsep Diet & Apa Bedanya Vegan & Vegetarian?

tentang salah kaprah


Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih detail, yuk samakan pandangan dulu tentang definisi “diet”. Sebagian orang masih berpikir, diet berarti membatasi asupan makan ke tubuh. Padahal, diet dari segi pengertian harfiahnya saja, menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, adalah, “aturan makanan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter).”

Hal ini penting untuk diingat, karena pemahaman sebagian masyarakat masih ada di tataran: diet = mengurangi asupan makanan, bukan mengatur makanan masuk ke dalam tubuh, dan alasannya utamanya untuk kesehatan.


Nah, konsep yang sama terjadi pada pola makan yang disebut vegan dan vegetarian. Seorang vegan mengatur pola makannya dengan tidak memakan daging hewan apapun, serta tidak mengonsumsi produk-produk hewani, seperti telur dan produk turunan susu (keju, yoghurt, mentega, dll)

Sementara vegetarian adalah seseorang yang tidak makan daging atau mengonsumsi segala jenis produk hewani. Mereka tidak memakan segala daging hewan, tapi masih mengonsumsi produk turunan susu dan telur. 

 

Memahami Pengaruh Pola Diet Vegan & Vegetarian terhadap Microbiome Usus

pola diet vegan vegetarian


Laporan dari jurnal The Effects of Vegetarian and Vegan Diets on Gut Microbiota disebutkan bahwa, pola makan berbasis nabati bermanfaat bagi kesehatan manusia dengan mendorong pengembangan sistem microbiome yang lebih beragam dan stabil. 

Pada sumber makanan nabati untuk diet vegan dan vegetarian juga ditemukan Polifenol yang berlimpah. 
Polifenol adalah kategori senyawa tanaman yang menawarkan berbagai manfaat kesehatan.

Polifenol meningkatkan Bifidobacterium dan Lactobacillus, yang memberikan efek antipatogen dan antiinflamasi, serta perlindungan kardiovaskular. Asupan serat yang tinggi juga mendorong pertumbuhan spesies yang memfermentasi serat menjadi metabolit sebagai asam lemak rantai pendek (SCFA), termasuk asetat, propionat, dan butirat. 

Dampak positif dari SCFA sangat banyak, termasuk peningkatan kekebalan terhadap patogen, sistem aliran dari di otak (
blood–brain barrier integrity), penyediaan energi, dan mendukung fungsi penting usus. 

Selain itu, jika kamu berpikir para vegan dan vegetarian tak mendapatkan asupan lemak, ternyata malah sebaliknya! Walau pola makan nabati umumnya rendah lemak secara alami, namun tubuh akan menerima lemak tak jenuh ganda yang bagus untuk tubuh. Mereka mendukung pertumbuhan Bifidobacteria yang bermanfaat dalam 
microbiome usus manusia.
 

Kenapa Microbiome dalam Usus Harus Dijaga?

microbiome harus dijaga


Dikutip dari Healthline.com, mikroorganisme yang hidup di saluran pencernaan bila seimbang, akan berbanding lurus dengan kesehatan yang akan terjadi di seluruh tubuh, yakni meningkatkan saluran pencernaan yang sehat, bersama dengan sistem kekebalan, pergerakan usus, metabolisme, dan hormon yang membantu pengaturan nafsu makan. Sebaliknya ketika microbiome tidak seimbang, segalanya bisa rusak.

Salah satu yang menyumbang kerusakan itu, Sharin Zarabi, seorang ahli gizi dan 
fitness expert, serta Director Bariatric Program di Lenox Hill Rumah Sakit di New York, adalah sebagian orang yang telah beralih ke pola makan barat. Mencakup makanan yang diproses seperti roti, nasi, pasta, dan banyak daging hewani.

Jika berlebih, Zarabi mengingatkan hal tersebut akan mengubah 
harmoni microbiome. “Jika terlalu banyak bakteri usus yang tidak seimbang, hal itu dapat menyebabkan gejala sindrom iritasi usus besar yang memburuk, penurunan sistem kekebalan, dan bahkan menyuburkan sel kanker.”

Bagaimana, apa setelah membaca artikel ini kamu tertarik berubah jadi vegan atau vegetarian? Jika iya, sebaiknya kamu riset mandiri dan didukung oleh pendapat dari ahlinya, ya. Apalagi jika di antara kamu ada yang punya riwayat kesehatan tertentu. Nikmati prosesnya, jangan terburu-buru. Karena tubuh juga membutuhkan adaptasi mengolah apapun yang diterima di dalam pencernaan. 


Untuk membaca informasi-informasi menarik seputar perawatan kulit, dan microbiome - kamu juga bisa kunjungi Nusantics Blog.

Referensi:


logo-dark
logo-dark

The most established precision molecular diagnostics company in Indonesia

Find Us

Mon - Fri: 9 a.m. - 6 p.m.

i3L Campus @ Lvl. 3
Jl. Pulomas Barat No.Kav.88, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13210

Contact Us

hello@nusantics.com

+62 (21) 509 194 30

Copyright © 2024 PT Riset Nusantara Genetika, PT Nusantara Butuh Diagnostik. All Rights Reserved.Privacy Policy

logo-dark
logo-dark

© 2024 PT Riset Nusantara Genetika.

Privacy Policy