• Home
  • Blog

share

Mitos atau Fakta: Microbiome Memengaruhi Kehidupan Percintaan?

18 Feb 2021

Mitos atau Fakta: Microbiome Memengaruhi Kehidupan Percintaan?

 

Apakah kamu pernah jatuh cinta? Kepada orang seperti apa kamu merasa jatuh cinta? Apakah dengan sosok yang kulitnya putih, matanya lebar, atau yang bibirnya tipis?

Biasanya, saat sedang jatuh cinta, ketika kamu bertemu dengan orang tersebut, perut akan terasa digelitik. Istilah ini dikenal sebagai 
butterfly effect. 

Tapi, memang sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh saat kamu jatuh cinta? Bisakah dilihat dari sudut pandang kesehatan? Dan apa peran microbiome dalam kehidupan percintaan kamu? Yuk, kulik bersama!
 

Jatuh Cinta dari Sudut Pandang Kesehatan


Percaya atau tidak, wanita akan cenderung memilih laki-laki yang memiliki kadar hormon testosteron yang tinggi. Laki-laki dengan kadar testosteron tinggi adalah laki-laki dengan ciri menonjol seperti bibir tipis, dagu lebar, dan mata cekung.

Bagi wanita, laki-laki seperti ini jauh lebih menarik secara penampilan terlepas dari perilaku buruknya. Nah ternyata, tingginya kadar hormon juga memengaruhi tingginya kekebalan tubuh, 
lho

Hal ini sejalan dengan pernyataan dari penelitian yang dilakukan 
Ecological Society of America, bahwa laki-laki dengan tingkat testosteron tinggi memiliki indeks kekebalan tubuh yang tinggi juga. 

Sebenarnya, tidak ada definisi khusus apa itu jatuh cinta. Tetapi secara harfiah, dalam dunia kesehatan jatuh cinta adalah proses alami yang akan dialami oleh manusia di mana manfaatnya cukup banyak dan baik bagi kesehatan fisik dan mental. 

Merujuk pada 
Psychoneuroendocrinology Journal,  jatuh cinta akan memicu perubahan hormon yang cukup spesifik. Saat manusia jatuh cinta, ada 7 hormon yang sedang bekerja aktif di dalam tubuh. Hormon-hormon ini memiliki perannya masing-masing saat proses jatuh cinta terjadi. Apa saja?


 

Manfaat Jatuh Cinta



 

Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa jatuh cinta memiliki manfaat baik bagi kesehatan. Apa saja?
 

1. Manajemen Stres Lebih Baik


Jatuh cinta dapat membantu kamu mengatasi tekanan hidup lebih baik. Dalam studi tahun 2003 yang dilakukan oleh National Health Servicepasangan yang berpegangan tangan selama 10 menit dan berpelukan selama 20 detik terbukti memiliki manajemen stres lebih baik dibandingkan mereka yang tidak melakukan kontak fisik.
 

2. Mengurangi Risiko Depresi


Hubungan yang kuat diprediksi benar-benar bisa membantu meningkatkan kesehatan mentalmu, lho. Sebuah penelitian dari University of Michigan menunjukkan bahwa kualitas hubungan seseorang dapat membantu memprediksi kemungkinan apakah kamu bisa depresi di masa depan. Hal ini juga berlaku bagi hubungan kamu dengan keluarga dan teman-teman.
 

3. Baik untuk Kesehatan Jantung


Yup, urusan hati memang ternyata berpengaruh pada kesehatan jantung, nih. Sebuah studi tahun 2014 yang dilakukan oleh University of Pittsburg menunjukkan bahwa wanita yang berada dalam pernikahan bahagia punya risiko lebih rendah terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang berada dalam hubungan dengan tingkat stres tinggi.

Banyak pula penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan yang bahagia bisa menurunkan tekanan darah. Sementara itu, ada pula studi yang diterbitkan American Journal of Medicine terhadap 10.000 pria, menunjukkan bahwa mereka yang merasa “dicintai dan didukung” oleh pasangan punya risiko terkena angin duduk lebih rendah.

 

4. Meningkatkan Rasa Percaya Diri


Tentu saja kalau kamu punya pasangan yang suportif dan penuh kasih sayang bisa membuat kamu merasa nyaman dengan diri sendiri. Sebuah studi tahun 2017 oleh University of Bern sudah mengonfirmasi hal ini, bahwa menjalin hubungan benar-benar bisa memengaruhi rasa percaya diri seseorang.

Namun, ada beberapa catatan: ini hanya terjadi apabila hubunganmu dan pasangan “berjalan dengan baik dan stabil.”

 

Pengaruh Microbiome Terhadap Percintaan


Ternyata, kehidupan percintaan bukan hanya soal perasaan tapi juga kelestarian microbiome di tubuhmu. Microbiome adalah sekumpulan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, archaea, dan virus yang apabila jumlahnya bervariasi dan seimbang dapat memberikan manfaat baik bagi tubuh. 

Salah satu tugas utama 
microbiome adalah melawan berbagai patogen penyebab penyakit dan microbiome sudah ada sejak lahir, sejalan dengan keterangan dari jurnal Clinical Microbiology and Infection.   

Berbicara soal patogen, setiap orang pasti memiliki memori gen patogen di dalam dirinya yang berasal dari ragam penyakit yang pernah menyerang orang tersebut. 

Secara tidak langsung, tubuh yang pernah terserang penyakit akan mengingat dan memiliki memori patogen tersebut. Itulah mengapa orang yang pernah terserang patogen tertentu akan jauh lebih kebal atau kuat jika terserang penyakit yang sama. 

Ini pun sejalan dengan kehidupan percintaan, 
lho. Pasangan yang memiliki patogen lebih variatif, artinya antara laki-laki dan perempuan memiliki memori patogen yang berbeda dalam dirinya akan menghasilkan keturunan yang kuat terhadap berbagai jenis patogen daripada pasangan yang patogennya sama. Sebab, hormon laki-laki dan perempuan yang menjadi orang tua ini telah kuat terhadap berbagai jenis patogen. 

Maka, pasangan yang memiliki gen patogen berbeda akan memiliki keturunan yang 
kebal terhadap ragam penyakit

Lalu, bagaimana kita dapat menemukan pasangan yang gen patogennya berbeda dengan kita? Kamu bisa menemukannya dari bau badan. 
Lho, kok bisa? 

Jika kamu menyukai bau badan alami dari pasanganmu, bahkan di saat ia tidak mandi dalam beberapa hari, bisa diprediksi ialah orang yang memiliki gen patogen berbeda dari kamu. 

Bau badan ini dipengaruhi oleh MHC (
Major Histocompatibility Complex) yaitu hormon dominan pada makhluk hidup. Oxford Academy meneliti wanita yang berada di titik subur dan mencium aroma MHC laki-laki akan menunjukan ketertarikannya. 

Unik ya, ternyata 
microbiome tidak hanya berperan penting bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh, tetapi juga bisa memengaruhi kehidupan percintaan kamu. Yuk, mulai sekarang hidup sehat supaya microbiome tetap seimbang dan variatif!

Bagi kamu yang masih penasaran dengan informasi terkait 
microbiome, kesehatan usus, atau masalah kulit, yuk cek Nusantics Blog.

Referensi:

 

Writer: Lintang Zahrima Kalsum

Editor: Serenata Kedang