• Home
  • Blog

share

Kunci Microbiome Seimbang adalah Bebas Stres, Benarkah?

6 Dec 2020

Kunci Microbiome Seimbang adalah Bebas Stres, Benarkah?

Pernah mendengar istilah microbiota-gut-brain axis? Ternyata mikrobiota di dalam tubuh, usus, serta otakmu bisa saling memengaruhi, lho. Nah, salah satu cara agar microbiome-mu seimbang adalah dengan terhindar dari stres. Jika microbiome seimbang, kamu bisa terhindar dari berbagai penyakit.

Microbiome merupakan kumpulan mikroorganisme yang memenuhi hampir seluruh tubuhmu. Terdiri dari jamur, bakteri, virus, dan archaea. Microbiome berperan penting terhadap kesehatan tubuh kamu secara keseluruhan.
 

Apa Itu Microbiota-Gut-Brain Axis? 

microbiota gut brain axis


Para ilmuwan sudah lama percaya akan gut-brain axis, yakni saluran gastrointestinal berpengaruh pada fungsi otak dan sebaliknya. Kini muncul istilah microbiota-gut-brain axis, yakni mikrobiota dalam tubuh atau microbiome diyakini bisa memberi pengaruh besar pada perilaku inangnya.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal 
Brain, Behavior, and Immunity, stres bisa mengubah keseimbangan bakteri yang secara alami hidup di usus. Bahkan, stres bisa berdampak signifikan pada microbiota-gut-brain axis di seluruh tahap kehidupan.

Contohnya, mengekspos hamster Syria kepada stres sosial sekali saja sudah cukup memberi perubahan pada 
microbiome-nya. Jika paparan dilakukan berkali-kali, maka efeknya akan semakin jelas.

Penelitian yang dimuat di 
BMC Microbiology juga mengungkap bahwa eksposur jangka pendek saja bisa memengaruhi profil komunitas microbiome dengan mengubah proporsi relatif filum mikrobiota utama. Selain itu, beberapa percobaan mengubah microbiome usus ternyata memengaruhi responsivitas stres dan perilaku mirip kecemasan.

Hal ini dibenarkan oleh 
Ross Maltz, MD, ilmuwan klinis dari The Ohio State University. Menurut penelitiannya, paparan stres mengakibatkan perubahan komposisi, keragaman, serta jumlah mikroorganisme usus. Komunitas bakteri di usus menjadi kurang beragam dan bakteri yang berpotensi berbahaya seperti Clostridium jadi lebih banyak.
 

Microbiome, Stres, dan Imunitas

microbiome stres imunitas


Michael Bailey, PhD sebagai rekan Dr. Maltz di penelitian tersebut berpendapat bahwa perubahan tadi bisa memberikan implikasi besar terhadap fungsi fisiologis.

“Ketika kami mengurangi jumlah bakteri di usus menggunakan antibiotik, kami menemukan bahwa beberapa efek stres terhadap sistem imunitas bisa dicegah. Ini menunjukkan bahwa stres tidak hanya mengubah kadar bakteri di usus, tapi perubahan tersebut juga bisa berdampak pada kekebalan tubuh,” jelas Dr. Bailey.

Menurut Monika Fleshner, professor fisiologi integrasi di University of Colorado, Coulder, studi tersebut mengungkap interaksi dinamis antara berbagai sistem fisiologis, termasuk mikrobiota di usus dan sistem imunitas.

Beberapa jenis bakteri meningkat saat terjadi stres dan infeksi. Sementara itu, tampak pengurangan pada jumlah 
Parabacteroide yang dikenal rendah kadarnya pada pasien dengan penyakit radang usus aktif dan memiliki potensi melindungi tubuh dari peradangan. Singkatnya, stres mengubah microbiome, yang pada gilirannya meningkatkan kadar inflamasi di usus.

Perbedaan pada setiap individu terkait responsivitas terhadap stres dan kerentanan akan gangguan terkait stres yang berlangsung seumur hidup berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan. Faktor tersebut khususnya berupa paparan mikroba di awal kehidupan yang bisa mengubah kumpulan dan fungsi perkembangan sirkuit saraf pusat.

Hasil dari beberapa penelitian pun mendukung hubungan antara 
microbiome usus dan responsivitas stres. Salah satunya menyebutkan bahwa paparan stres di awal kehidupan atau di masa dewasa bisa mengubah komposisi microbiome suatu organisme. Populasi mikroba pun bisa membentuk responsivitas stres organisme tersebut.

Karena bakteri usus memiliki kaitan dengan penyakit seperti radang usus dan bahkan asma, penelitian di masa depan diharapkan dapat menentukan apakah perubahan bakteri usus menjadi alasan penyakit-penyakit tersebut cenderung memburuk saat seseorang mengalami masa tertekan.

Terbukti, kan, bahwa stres bisa mengganggu keseimbangan 
microbiome dan sebaliknya? Coba terapkan pola makan sehat dan beristirahat yang cukup di saat kamu merasa mulai mengalami stres. Sebab, bukan hanya kesehatan fisik yang penting, tapi juga kesehatan mentalmu.

Yuk, kunjungi 
Nusantics Blog untuk informasi mengenai microbiome dan kesehatan kulit lainnya!

Referensi

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang