• Home
  • Blog

share

Ini Cara Mandi yang Aman bagi Microbiome Kulit Kamu

21 Jun 2021

Ini Cara Mandi yang Aman bagi Microbiome Kulit Kamu

Tanpa kamu sadari, kulit kamu adalah tempat tinggal bagi triliunan makhluk-makhluk tak kasat mata berukuran mikroskopik. Terdiri dari bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain, kelompok ini disebut juga sebagai microbiome. Mereka tinggal di tubuh kita dan memiliki peran besar dalam hidup kita sehari-hari, termasuk kondisi kulit kamu.

Komposisi dan jumlah 
microbiome adalah unik bagi setiap individu, serta dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan, diet, dan kebiasaan sehari-hari. Penelitian selama satu dekade belakangan ini juga mendapati peran microbiome memiliki fungsi di masing-masing area tubuh dan memiliki kebutuhan yang unik.

Beberapa peran 
microbiome kulit adalah membantu mencegah infeksi kulit dengan melawan patogen, menjadi bagian penting dari skin barrier, melindungi kamu dari kerusakan akibat lingkungan dengan membatasi paparan terhadap stres oksidatif dan alergen. Microbiome kulit juga berkomunikasi langsung dengan sistem kekebalan tubuh internal kamu.
 

Cara Mandi yang Aman untuk Microbiome


Sayangnya, kebiasaan mandi kita dengan sabun dan kandungan di dalamnya dapat ikut menghilangkan microbiome kulit sekaligus berpotensi merusak skin barrierlho.

Ketika microbiome dan skin barrier terganggu, inilah yang menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai masalah kulit, seperti kulit kering, berminyak, jerawat, hingga eczema.

Dilansir dari 
mindbodygreen.com, berikut ini adalah beberapa cara mandi yang perlu kamu ketahui agar aman untuk microbiome kamu.
 

1. Frekuensi Mandi

frekuensi mandi


Dengan doktrin kebersihan selama turun temurun selama ini, mungkin kamu akan terkejut mengetahui bahwa alih-alih membuat kamu menjadi “kotor”, mengurangi frekuensi mandi ternyata lebih bermanfaat untuk menjaga microbiome alami tubuh kamu.

Jika kamu memiliki kondisi kulit yang mudah berminyak dan kering, atau kondisi kulit yang kambuh dan sembuh (misalnya eczema) secara berulang-ulang, kemungkinan frekuensi mandi kamu yang terlalu sering adalah salah satu pemicunya.

Zenovia Gabriel, M.D., FAAD, seorang dermatologis, mengatakan lebih baik untuk hanya mencuci area-area yang mudah mengeluarkan keringat, misalnya ketiak dan selangkangan dengan sabun, dan membilas sisanya hanya dengan air saja.

Namun, di Indonesia yang kelembapan udaranya tinggi, kamu mungkin akan merasa tidak nyaman jika tidak mandi, apalagi tidak menggunakan sabun. Solusinya, kamu bisa memilih sabun yang hanya menggunakan bahan-bahan alami yang tidak merusak kulit dan bisa menjaga keseimbangan 
microbiome. 

Saat ini pun sudah banyak sabun-sabun homemade berbahan alami yang dijual di pasaran dengan harga terjangkau. Jadi, tak perlu khawatir kalau kamu ingin mandi beberapa kali dalam sehari.

Beberapa faktor juga perlu dipertimbangkan untuk menentukan seberapa sering kamu harus mandi, seperti gaya hidup dan aktivitas kamu, bau badan, produksi minyak alami, dan perasaan bersih secara keseluruhan.


Baca Juga: Hati-hati, 7 Kebiasaan Ini Bisa Membuat Kulitmu Kering!
 

2. Suhu Air


Suhu air mandi memainkan peran besar untuk kulit kamu. Bagi kamu yang suka mandi air panas, sebaiknya mulai beralih dari kebiasaan ini. Air mandi yang terlalu panas dapat menghilangkan minyak dan lemak alami kulit, sehingga kulit kehilangan sistem pertahanan alaminya.

Kulit kamu perlu pertahanan dari lemak (lipid), karena tanpanya, kamu akan mendapati kulit kamu pecah-pecah, kering, dan mudah rusak. Kamu bisa mengatur suhu air hangat antara 36-37℃ alias 
suam-suam kuku

Cara mengetahui apakah air mandi terlalu panas atau tidak (hangat), kamu cukup mengalirkan air tersebut ke pergelangan tangan, bila air terasa sesuai dengan panas tubuh normal atau sedikit hangat, ini adalah suhu air mandi yang cukup.

 

3. Lamanya Waktu Mandi

lamanya waktu mandi

Mandi setelah lelah beraktivitas tentu rasanya sangatlah nyaman, walau ada pula mereka yang tidak suka mandi berlama-lama. Lamanya mandi memang merupakan preferensi masing-masing individu, namun pastikan mandi dengan air yang cukup untuk melembapkan kulit. Salah satu tanda kulit telah mendapatkan cukup air adalah ketika ujung jari mengkerut.
 

4. Komposisi Sabun yang Digunakan


Sabun adalah komponen penting dalam ritual mandi tiap orang. Sabun pada umumnya mengandung beberapa zat yang dapat mencuci kulit, termasuk sulfat, serta bahan lain yang berpotensi memicu iritasi seperti paraben dan parfum. Sedapat mungkin, jauhi komposisi tersebut dan memilih sabun yang fokus untuk merawat kulit. 

Salah satu kriteria sabun yang dianggap ideal adalah sabun tanpa kandungan keras seperti 
sodium lauryl sulfate (SLS) yang dapat merusak skin barrier kamu. Jika kamu menyadari kulit kamu teriritasi setelah mandi, pertimbangkan untuk menghindari sabun dengan pewangi sintetis (parfum/fragrance) di daftar komposisinya.

Selain itu, salah satu bahan pengawet yang umum digunakan industri kecantikan adalah paraben. Saking umumnya dan terdapat dalam berbagai produk, penelitian oleh
 Centers for Disease Control and Prevention menemukan bahan kimia ini dalam urin sebagian besar partisipan.

Paraben dan sejenisnya telah dihubungkan dengan reaksi alergi pada kulit. Saat ini efek negatif paraben masih terus diteliti, namun beberapa penelitian menunjukkan paraben bersifat oksidatif dan memicu sel kulit mati lebih cepat.

Walaupun begitu, belum ada cukup bukti yang membahayakan kesehatan untuk melarang penggunaan paraben dalam produk-produk komersil saat ini sehingga masih dianggap aman untuk digunakan.


Baca Juga: Haruskah Kita Soap-Free untuk Punya Kulit Sempurna?
 

5. Pilih Sabun dengan pH Rendah

pilih sabun dengan ph rendah


Jika memungkinkan, pilihlah sabun dengan pH yang lebih rendah mendekati pH asli kulit manusia yang agak asam. Hal ini untuk menjaga skin barrier alami kamu yang sering disebut juga sebagai acid mantle.

Menurut 
Indian Journal of Dermatology, pH kulit normal berada pada rentang 5,4-5,9 beserta dengan microbiome. Sabun di pasaran umumnya memiliki pH yang lebih tinggi (alkali/basa) sehingga berpotensi mengeringkan kulit, mengiritasi, dan mengubah komposisi microbiome.

Kamu bisa memilih berbagai produk sabun berbahan natural yang semakin naik daun akhir-akhir ini. Kebanyakan sabun-sabun ini dibuat 
handmade, tanpa sulfat, dan bebas paraben.

Bahan-bahan seperti susu, aloe vera, madu, dan oatmeal, baik untuk menutrisi kulit kamu tanpa membuatnya semakin kering.

 

6. Eksfoliasi


Beberapa permasalahan kulit seperti jerawat dan kulit kusam biasanya disebabkan oleh penumpukan sel kulit mati. Eksfoliasi kulit diperlukan secara rutin untuk menjaga kulit kamu tetap bersih, setidaknya seminggu sekali.

Gunakan alat atau scrub yang tidak terlalu abrasif agar tidak melukai kulit. Kalau kamu biasanya menggunakan spons atau 
loofah saat mandi, alat-alat ini juga dapat bertindak sebagai alat eksfoliasi yang lebih ringan.
 

7. Pelembap Setelah Mandi

pelembap setelah mandi


Jangan lupa memakai pelembap kulit segera setelah mandi yang berfungsi mengunci air, menggantikan lemak kulit, dan mencegah hilangnya air dari kulit. Melembapkan kulit juga mendukung microbiome kulit kembali berkembang.

Baca Juga: Apakah Terlalu Bersih Berdampak Baik untuk Kesehatan Kulit?

Dari beberapa cara mandi ini, sudahkah ada yang kamu terapkan sehari-hari? Tak ada salahnya dicoba, terutama untuk kamu yang memiliki keluhan masalah kulit yang tak kunjung membaik.

Kamu juga bisa menggunakan produk kecantikan yang ramah 
microbiome dan tidak menggunakan bahan potensi berbahaya seperti Biome Beauty. Supaya, microbiome di kulit kamu tetap terjaga keseimbangan dan keragamannya.

Microbiome di kulit sama seperti microbiome di usus yang keberadaannya harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Dengan begitu, mudah-mudahan kondisi kulitmu akan tetap sehat dan bersih. Penasaran dengan kisah microbiome lebih jauh? Mampir ke laman Microbiome Story, ya.

Referensi:

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Serenata Kedang