• Home
  • Blog

share

Dampak Pembersih Wajah pada Skin Microbiome

24 Jun 2021

Dampak Pembersih Wajah pada Skin Microbiome

Tahukah kamu kalau tubuh kita--manusia--sebagian besar terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang disebut microbiomeMicrobiome terdiri dari jamur, virus, bakteri, archaea, dan mikroorganisme lain, yang jika dalam jumlah seimbang bisa memberi manfaat baik bagi kesehatan tubuh, termasuk kulit.

Microbiome paling banyak menghuni di usus, tetapi ada pula yang jadi “penduduk” di area mulut, paru-paru, jantung, bahkan kulitmu!

Kulit manusia adalah ekosistem rumit dengan bermacam-macam kondisi lingkungan. Karena itu, komunitas mikroorganisme kulit sangat beragam dan kompleks. Struktur kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebum, kelenjar keringat, serta lapisan kulit bawah epidermis menyediakan ceruk biologis yang masing-masing dikolonisasi oleh 
microbiome unik.

Menurut pakar kimia yang fokus pada pencegahan polusi, 
Alison Cutlan, pandemi COVID-19 membuat atmosfer menjadi sangat higienis. Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan sanitizer sepanjang hari memang dapat mengurangi infeksi virus, tapi nyatanya juga dapat menghilangkan minyak alami kulit beserta bakteri baik yang melindungi lapisan penghalang kulit, lho.

“Kulit kita tidak mampu menangani perlakuan ini sehingga mengakibatkan banyak masalah kulit, misalnya iritasi dan sensitif,” ujar Cutlan. 

Salah satu fenomena pandemi yang berujung pada protokol kebersihan baru adalah 
maskne (mask acne), yakni iritasi dan munculnya jerawat akibat menggunakan masker. 

Baca Juga: Cara Atasi Maskne, Si Jerawat Akibat Masker

“Akibatnya, kita jadi lebih sering mencuci wajah. Produk perawatan untuk mengatasi jerawat, seperti pembersih wajah untuk detoksifikasi serta produk antibakteri dan probiotik topikal pun mengalami lonjakan,” lanjut Cutlan.
 

Pembersih Wajah dan Microbiome

pembersih wajah dan microbiome


Membersihkan kulit adalah interaksi fisik dan kimiawi kompleks antara air, deterjen (pembersih), dan kulit. Produk pembersih bisa membentuk komunitas mikroorganisme kulit spesifik dengan mengubah lingkungan kimiawinya.

Pembersih wajah efektif menjaga higienitas kulit dan biofilm (kumpulan sel mikrobial yang melekat pada permukaan wajah) yang sehat, tapi bisa juga menyebabkan kerusakan lapisan penghalang kulit sehingga memperburuk penyakit kulit eksim. 

Surfaktan, senyawa yang biasa digunakan dalam pembersih wajah untuk menghasilkan busa, tidak dapat membedakan antara serpihan kulit lipofilik (larut lemak) yang perlu dibuang dan lipid antarsel lipofilik yang diperlukan untuk mempertahankan lapisan penghalang kulit.

Komponen kimia sabun yang menyebabkan kerusakan lapisan penghalang kulit adalah 
high charge density carboxyl head group yang mendorong ikatan protein kuat. Karakteristik tersebut memastikan pembersihan dan pembuangan serpihan protein yang sangat baik.

Zat tadi juga dapat merusak protein di lapisan paling luar epidermis (
stratum korneum) dan mengubah sifat enzim. Karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dan kadar kandungan dalam produk perawatan kulit agar microbiome dan lapisan-lapisan lainnya tidak rusak.

Baca Juga: Benarkah Serum Membantu Pemulihan Kulit Kering?
 

Faktor yang Memengaruhi Microbiome Kulit

faktor yang memengaruhi microbiome kulit


Analisis terhadap komunitas bakteri mengungkap bahwa karakteristik area-area kulit, misalnya pH, suhu, kandungan kelembapan, kandungan sebum, serta topografi berpengaruh terhadap komunitas microbiome dan kelimpahannya.

Selain itu, faktor beragam seperti penggunaan antibiotik, kosmetik, sabun, produk perawatan tubuh, serta gaya hidup dan makanan juga bisa berdampak pada 
microbiome kulit. Mari kita bahas sebagian faktor tersebut:
 

1. pH


Kerusakan lapisan penghalang kulit salah satunya dipengaruhi oleh pH pembersih wajah. Sabun biasanya memiliki pH basa di angka 10-11, sehingga menghasilkan pembengkakan protein kulit dan ionisasi lipid bilayer (membran yang terdiri dari dua lapis molekul lipid).

pH tinggi menyebabkan pembengkakan 
stratum korneum yang memungkinkan penyerapan sabun lebih dalam ke kulit, sehingga dapat menyebabkan iritasi dan gatal. 

Sabun juga mengikat protein 
stratum korneum sehingga semakin menimbulkan bengkak dan hiperhidrasi kulit. Nah, ketika lapisan penghalang kulit lemah seperti saat sakit atau luka, pH kulit naik dan terjadi peningkatan hilangnya air secara dramatis.

Karena itu, menurut artikel di 
website Practical Dermatology, deterjen sintetis dengan pH lebih asam atau netral (5-7) bisa meminimalisasi kerusakan lapisan penghalang. Inilah pembersih wajah yang cocok untuk penderita penyakit kulit.
 

2. Hidrasi


Hidrasi kulit adalah salah satu faktor lingkungan penting yang memungkinkan kolonisasi microbiome di kulit manusia. Setelah mencuci muka, sisa air menguap sehingga menyebabkan kulit kencang dan kering karena sabun mengurangi kemampuan protein kulit untuk menyimpan air.

Pembersih wajah seringkali terlalu keras dan bisa mengakibatkan kulit kering berlebihan. Kelenjar minyak pun melakukan kompensasi berlebihan dan akhirnya permukaan kulit jadi lebih berminyak. Pembersih wajah kemudian bisa mengacaukan 
stratum korneum yang pada gilirannya mengusik lingkungan tempat bakteri baik atau komensal berkembang.
 

Mengganti Pembersih Wajah Berpengaruh pada Microbiome

mengganti pembersih wajah


Skincare harus bekerja secara simbiosis dengan kulit dan microbiome-nya agar bisa berkembang,” kata Cutlan.

Sebuah studi di 
BioMed Central Biology menunjukkan bahwa ketika rutinitas kebersihan diubah, microbiome kulit juga bisa berubah. Namun, perubahan tersebut tergantung produk yang digunakan dan lokasinya di tubuh. Namun, perubahan yang dirasakan akan berbeda pada setiap individu, karena komposisi microbiome satu sama lain tidak pernah sama.

Penelitian tersebut juga mengevaluasi pengaruh produk perawatan tubuh terhadap kulit dalam hal komposisi mikroorganisme dan molekul. Temuan pentingnya sebagai berikut:

  1. Molekul terkait produk kulit dan kebersihan pribadi bertahan di kulit selama berminggu-minggu setelah penggunaan pertama meski kamu mandi secara teratur.
  2. Keragaman molekul dan bakteri berubah setelah penggunaan produk kecantikan. Beberapa bahan produk kecantikan cenderung mendorong atau menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Misalnya, komponen lipid pada pelembap dapat memberikan zat gizi dan mendorong pertumbuhan bakteri yang menyukai lipid seperti Staphylococcus dan Propionibacterium (Cutibacterium).


Treatment


treatment

Kepadatan kelenjar sebum adalah faktor lain yang memengaruhi microbiome kulit, tergantung dari areanya. Area dengan kepadatan kelenjar keringat yang tinggi seperti wajah, dada, dan punggung mendorong pertumbuhan mikroorganisme penyuka lipid seperti Propionibacterium spp. dan Malassezia spp.

Karena itu, tergantung pada kondisi kulit pasien (berminyak atau kering) dan lokasi kulit, treatment akan tergantung pada bakteri apa yang ditargetkan serta pembersih mana yang cocok dan tidak mengganggu bakteri komensal.

Pembersih wajah harus berada di kulit sesebentar mungkin untuk meminimalisasi kerusakan protein stratum korneum. Namun, kontak yang singkat tersebut tidak cukup bagi bahan-bahan dalam pembersih wajah untuk masuk dan bertahan di kulit.

Baca Juga: 11 Bahan Alami untuk Kurangi Jerawat dan Seimbangkan Microbiome
 

Menambahkan Krim Pelembap setelah Membersihkan Wajah yang Sensitif

krim pelembap


Bukan hanya memilih pembersih yang tepat, memperbaiki epidermis menggunakan pelembap yang sesuai setelah membersihkan wajah juga sangat penting. Beragam jenis luka di kulit wajah dan kulit sensitif dianggap berhubungan dengan disfungsi lapisan penghalang kulit.

Ini bisa terjadi karena sejumlah kondisi, seperti dermatitis atopik, gatal pada lansia, eksim, dermatitis kontak alergi, serta sindrom intoleransi kosmetik. Krim yang diformulasikan dengan baik untuk kulit sensitif dapat meningkatkan perbaikan lapisan penghalang kulit, meningkatkan kapasitas kulit dalam menyimpan air, serta mengoptimalkan penyembuhan.

Penelitian di jurnal Microbiology Open menunjukkan bahwa komunitas bakteri di kulit kering tidak berubah menjadi seperti di kulit normal hanya dengan meningkatkan tingkat hidrasi kulit menggunakan kosmetik dasar. Kadar hidrasi kulit juga mungkin bukan faktor kritis dalam menentukan komposisi komunitas mikroorganisme kulit.

Faktor lain perlu diinvestigasi, di antaranya komponen kosmetik, iklim, serta perubahan pada kondisi studi. Khususnya karena pengawet seperti metil paraben, salah satu bahan dalam kosmetik, sangat berpengaruh pada microbiome kulit.

Wah, ternyata memilih pembersih wajah saja bisa berbeda-beda setiap orang, tergantung komposisi microbiome kulit wajahnya, ya! Lalu, bagaimana cara tahu komposisi microbiome kulit dan bahan-bahan skincare alami apa saja yang cocok buat wajahmu?

Tenang, Nusantics punya solusinya! Kamu bisa coba lakukan Biome Scan, di mana kulit wajah kamu akan dianalisis menggunakan swab test, yang nantinya akan menunjukkan komposisi microbiome di kulit wajahmu (apakah kulit wajah didominasi bakteri atau jamur), juga analisa kulit seperti tingkat pH, tingkat sebum, glowingness, dan lain-lain.

Penasaran mau coba? Segera daftarkan diri kamu di sini, ya!

Referensi:

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang