• Home
  • Blog

share

Bruntusan di Kulit Kamu Bisa Jadi Kena Biang Keringat

27 Nov 2022

Bruntusan di Kulit Kamu Bisa Jadi Kena Biang Keringat

Biang keringat biasanya dialami oleh bayi. Namun, orang dewasa juga bisa mengalaminya. Coba cek, jangan-jangan bruntusan di kulitmu adalah biang keringat!

Dalam bahasa lain, biang keringat disebut eccrine miliaria, heat rash, prickly heat, atau sweat rash. Kondisi kulit yang sering ditemui ini dipicu oleh tersumbatnya kelenjar dan saluran keringat ekrin (ada di seluruh tubuh).

Sumbatan tersebut menyebabkan keringat ekrin mengalir kembali ke dalam dermis atau epidermis, sehingga menimbulkan ruam yang terdiri dari gelembung-gelembung berisi keringat di bawah kulit.

Biang keringat paling banyak terjadi di iklim yang hangat dan lembap, terutama di musim panas. Ruam biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Meski biang keringat bisa dialami semua kelompok usia dan gender, bayi dan anak-anak lebih berisiko mengalaminya karena saluran ekrin mereka belum matang.

Penyebab Biang Keringat

Penyebab utama biang keringat adalah tersumbatnya kelenjar atau saluran keringat ekrin. Ini bisa karena serpihan kulit atau bakteri seperti Staphylococcus epidermidis yang membentuk biofilm.

Miliaria dikaitkan dengan pertumbuhan bakteri komensal yang berlebihan dan strain S. epidermidis yang menghasilkan senyawa polisakarida ekstraselular (EPS).

Penelitian di Journal of the American Academy of Dermatology menunjukkan bahwa EPS yang dihasilkan oleh S. epidermidis memainkan peran utama dalam berkembangnya biang keringat.

Penyumbatan menyebabkan bocornya keringat ke epidermis atau dermis, menyebabkan sel mengalami hidrasi berlebihan, bengkak, dan saluran semakin mampet. Jika kelenjar atau saluran ekrin semakin tersumbat, keduanya bisa pecah.

Menurut situs DermNet, berikut faktor-faktor risiko yang memicu biang keringat:

  • Keringat berlebih akibat demam, aktivitas fisik yang berat, obat-obatan tertentu, kondisi lingkungan, dan lain-lain

  • Saluran keringat yang belum matang pada bayi baru lahir dan anak-anak

  • Tertutupnya kulit oleh balutan koyo, plester, perban yang tidak berpori, atau pakaian yang sintetis dan ketat

  • Pasien yang berbaring di matras tahan air

Jenis-jenis Biang Keringat


Dirangkum dari 
StatPearls, ada tiga macam biang keringat (miliaria) yang dikelompokkan berdasarkan kedalaman sumbatan saluran keringat, sehingga menyebabkan perbedaan klinis dan histologis.

1. Miliaria crystallina (sudamina)

Miliaria crystallina terjadi karena tersumbatnya saluran keringat di stratum corneum di epidermis. Gelembungnya berbentuk seperti tetesan air yang mudah pecah. Karena terjadi di lapisan kulit terluar, respons inflamasi tidak terjadi. 

Miliaria crystallina biasanya muncul di bagian tubuh atas, leher, dan kepala. Ruam biasanya muncul dalam beberapa hari setelah terkena faktor risiko dan akan sembuh dalam sehari setelah lapisan luar kulit terkelupas.

Kondisi ini dialami 4,5-9% bayi baru lahir hingga usia 2 minggu. Orang dewasa juga bisa mengalaminya, biasanya karena demam atau baru pindah ke iklim yang lebih hangat.

2. Miliaria rubra

Miliaria rubra terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam dibanding crystallina, yakni di tengah epidermis. Ini adalah jenis biang keringat yang paling umum dialami.

Pada miliaria rubra, terjadi respons inflamasi. Akibatnya, ruamnya berupa beruntusan dan gelembung kemerahan yang lebih besar. Jika mengandung nanah, miliaria rubra disebut miliaria pustulosa dan bisa mengindikasikan infeksi bakteri.

Pasien biasanya mengalami gatal dan nyeri. Gejala tersebut memburuk saat berkeringat, sehingga menyebabkan lebih banyak iritasi.

Pada bayi usia 1-3 minggu, selangkangan, ketiak, dan leher adalah area yang paling sering terkena biang keringat. Pada 30% orang dewasa yang tinggal di kondisi panas dan lembap, miliaria rubra paling sering dialami di tubuh bagian atas, kulit kepala, leher, dan lekukan, terutama di area yang terkena gesekan pakaian. Area wajah biasanya aman.

Meski miliaria bisa muncul dalam beberapa hari setelah pindah ke area tropis, puncaknya bisa timbul beberapa bulan kemudian.

3. Miliaria profunda (tropical anhidrosis)

Miliaria profunda adalah keringat yang bocor dari kelenjar keringat ke lapisan tengah kulit (pertemuan lapisan dermis dan epidermis) setelah berkali-kali mengalami miliaria rubra. Kondisi ini langka dan biasanya dialami pria dewasa.

Beruntusannya berwarna seperti daging, besar, dan keras. Miliaria bisa tidak bergejala atau justru sangat gatal. Biasanya ruam muncul di batang tubuh, lengan, dan kaki dalam beberapa menit atau jam setelah berkeringat dan akan sembuh dalam satu jam setelah keringat berhenti.

Untuk mengatasi biang keringat, kamu harus melakukan langkah-langkah untuk mengurangi panas dan lembap serta menghindari iritasi kulit. Misalnya, membuat ruangan terasa sejuk, memakai pakaian yang menyerap keringat, dan memakai obat-obatan tertentu jika perlu.

Jangan lupa untuk selalu memperhatikan kesehatan skin-barrier kamu dengan ikut memberi perhatian pada keseimbangan microbiome kamu. Sebab skin-barrier yang sehat dan komposisi microbiome yang seimbang akan mengurangi risiko kamu terkena biang keringat.

Jadi jika saat ini kamu sering mendapatkan masalah kulit seperti biang keringat, jerawat, dan lainnya, ada kemungkinan komposisi microbiome kamu terganggu akibat berbagai faktor. Untuk membantu kamu semakin memahami kebutuhan kulit kamu, kamu juga bisa melakukan Biome Scan di Nusantics dan berkonsultasi dengan ahlinya.

Klik di sini untuk informasi lebih lanjut dan buat janji Biome Scan kamu!


Referensi:

  • Mowad CM, McGinley KJ, Foglia A, Leyden JJ. The role of extracellular polysaccharide substance produced by Staphylococcus epidermidis in miliaria. J Am Acad Dermatol. 1995 Nov;33(5 Pt 1):729-33. doi: 10.1016/0190-9622(95)91809-4. PMID: 7593770.

  • Guerra KC, Toncar A, Krishnamurthy K. Miliaria. [Updated 2022 Aug 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537176/

  • https://dermnetnz.org/topics/miliaria

Writer: Ema Fitria Rahmadianti

Editor: Agnes Octaviani