• Home
  • Blog

share

Benarkah Mood Kamu Dipengaruhi Microbiome?

8 Dec 2020

Benarkah Mood Kamu Dipengaruhi Microbiome?

Pertama, apa itu microbiome? Sederhananya microbiome, yang terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan archaea merupakan sekumpulan makhluk hidup, yang punya peranan penting untuk imunitas manusia. Dan ternyata, tak hanya kesehatan fisik, tapi juga jiwa!

Tahukah kamu 
microbiome paling banyak berada di usus manusia? Jumlahnya 10 kali jumlah sel mikroba atau sekitar 100 triliun mikroba, mewakili sebanyak 5.000 spesies berbeda dan beratnya kira-kira 2 kilogram dalam tubuh. 

Selain dalam usus, 
microbiome juga terdapat di kulit, vagina, dan organ oral. Saking banyaknya jumlah microbiome dalam tubuh seseorang, dikutip dari sciencemag.org, hal tersebut berpengaruh pada kerja otak dan kesehatan manusia. 

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap dua kelompok besar ras Eropa, menunjukkan beberapa spesies bakteri usus yang hilang pada orang yang sedang depresi. Para peneliti menyimpulkan, bahwa jumlah bakteri dalam usus dapat memengaruhi fungsi sel saraf dan berujung ke suasana hati.

 

Zat Penting yang Bertugas Menghubungkan Microbiome dengan Fluktuasi Suasana Hati 

zat penting microbiome dengan suasana hati


Para ahli penasaran, bagaimana cara kerja microbiome memengaruhi suasana hati? Jeroen Raes, seorang ahli mikrobiologi di Universitas Katolik Leuven di Belgia bersama rekan-rekannya menyusun daftar 56 zat penting yang diproduksi oleh microbiome usus dan berkaitan dengan fungsi sistem saraf. 

Mereka menemukan bahwa Coprococcus tampaknya memiliki jalur yang terkait dengan dopamin, sinyal otak utama yang terlibat dalam depresi!

 

Didukung oleh Bukti Penelitian

didukung bukti penelitian


Jeroen bersama rekan peneliti lainnya mengamati lebih dekat pada 1.054 orang Belgia yang mereka rekrut untuk menilai microbiome "normal". 

Beberapa di dalam kelompok - total 173 - telah didiagnosis depresi atau telah melakukan survei, dengan hasil: kualitas hidup yang buruk.

Lalu Jeroen bersama tim membandingkan 
microbiome mereka dengan peserta lain. Dua jenis mikroba, Coprococcus dan Dialister, hilang dari microbiome subjek yang depresi, tetapi pada peserta dengan kualitas hidup tinggi. 

Sebuah jurnal dari 
National Library of Medicine, punya penemuan yang tak kalah menarik. Di situ tertera microbiome dalam usus manusia sudah lama menjadi topik pembicaraan di kalangan psikiater, khususnya dijadikan terapi potensial untuk beberapa penyakit mental.

Mereka yakin, triliunan bakteri berada di usus manusia telah terbukti memainkan peran penting dalam jalur komunikasi 
gut-brain axis melalui pengaruh jalur saraf, kekebalan, dan endokrin. 

Pasien dengan berbagai gangguan kejiwaan termasuk depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan spektrum autisme telah terbukti memiliki perbedaan yang signifikan dalam komposisi 
microbiome usus mereka. 

Meningkatkan bakteri baik di usus, misalnya, melalui penggunaan probiotik, prebiotik, atau perubahan pola makan, berpotensi meningkatkan
 mood dan mengurangi kecemasan pada orang sehat.
 

Menjaga “Pasukan” Microbiome Dalam Tubuh

menjaga pasukan microbiome tubuh

 

Nah, salah satu cara menjaga keseimbangan “pasukan” microbiome adalah dengan menjaga asupan makanan sehat dan mengonsumsi makanan mengandung probiotik, seperti:

  • Yoghurt
  • Buttermilk
  • Sourdough bread
  • Cottage cheese
  • Kombucha
  • Kefir
  • Tempe
  • Acar yang difermentasi
  • Asinan kubis yang difermentasi
  • Kimchi
  • Sup miso 

Daftar makanan di atas yang ramah microbiome, mudah ditemui, kan, di sekitar kamu? Jadi jika suasana hati kamu sedang tak menentu, coba evaluasi pola makan kamu. Semoga makanan probiotik di atas bisa membantu kamu mood yang buruk, ya.

Untuk membaca informasi-informasi menarik seputar perawatan kulit, dan microbiome - kamu juga bisa kunjungi Nusantics Blog.

Referensi:

Writer: Anita Desyanti

Editor: Serenata Kedang