• Home
  • Blog

share

Benarkah Microbiome yang Sehat Bisa Bantu Tubuh Kalahkan COVID-19?

18 Feb 2021

Benarkah Microbiome yang Sehat Bisa Bantu Tubuh Kalahkan COVID-19?

Virus COVID-19 memang tak pandang bulu, menyerang segala usia, jenis kelamin, dan tidak kenal dengan status sosial. Namun, kita bisa berusaha menangkalnya dengan memelihara microbiome dengan baik untuk memaksimalkan imunitas tubuh. Bagaimana caranya?

Kamu pernah berpikir enggak, tubuh manusia itu bekerja secara “ajaib”, 
lho. Misalnya, saat kamu sedang flu dan batuk ringan - sebetulnya tidak perlu minum obat. Cukup istirahat mumpuni, makan gizi seimbang, perbanyak cairan, jika kamu konsisten melakukan hal ini minimal 3 hari, imunitas tubuh akan pulih seperti sedia kala.

Nah, salah satu yang berjasa akan pemulihan imunitas tubuh adalah 
microbiome dalam tubuhmu. Mereka terdiri dari bakteri, virus, archaea, dan jamur. Fungsi utama microbiome yang sebagian besar ditemukan di dalam usus tidak hanya membantu seseorang mencerna makanan dan menyerap nutrisi. Namun sampai memengaruhi kesehatan mental kamu.

Sebagian besar bakteri ditemukan di usus akan menyeimbangkan respons imun terhadap patogen. Bakteri ini memastikan respon imun efektif tetapi tidak terlalu ganas sehingga menyebabkan kerusakan tambahan pada inang, yaitu tubuh kita yang menjadi tempat tinggal 
microbiome.

Jadi, ibarat definisi bangunan rumah yang kuat dan kokoh berawal dari pondasinya, nah, tubuh yang sehat bermula dari 
microbiome yang terjaga kestabilannya, agar bisa berfungsi dengan maksimal sebagai garda terdepan melindungi kita dari serangan berbagai virus dan bakteri yang sifatnya merusak.
 

Cara Microbiome Membuat Kita Tetap Sehat


Sebelum tahu tentang cara kerja microbiome, yuk kulik dulu gimana sih gambaran ketika virus atau bakteri penyebab penyakit menyerang tubuh. 

Ana Maldonado-Contreras, Assistant Professor of Microbiology and Physiological Systems, University of Massachusetts Medical School, menulis dalam 
theconversation.com, tiap orang punya pertahanan kekebalan tubuh dan masing-masing berbeda kekuatannya. Jadi, saat manusia diserang patogen berbahaya dalam bentuk virus atau bakteri, maka respons biologis yang muncul adalah bentuk imunitas tiap individu tadi. 

Mungkin kamu pernah dengar, ada orang terdekat kamu bicara “Si A jarang sakit A, ya. Sekalinya sakit flu dan batuk, cepat banget sembuhnya.” Situasi barusan adalah jasa triliunan bakteri, virus, dan jamur yang sifatnya menguntungkan. Aktivitas respon imun kita diatur sangat ketat, untuk membedakan antara 
microbiome yang berbahaya dan microbiome yang bermanfaat. 

Dalam situs yang sama juga disebutkan, bakteri baik adalah kawan manusia dalam tubuh yang rajin membantu memperkuat pertahanan sistem kekebalan untuk memerangi infeksi. Jadi, makin banyak bakteri baik yang bersarang di tubuh seseorang, maka kesempatan kekebalan tubuh makin kuat juga terbuka lebar. 

 

Korelasi Antara Penyakit Kritis dan Microbiome


Penelitian yang dilakukan Ana Maldonado-Contreras, Asisten Profesor Sistem Mikrobiologi dan Fisiologis, Fakultas Kedokteran Universitas Massachusetts berfokus pada identifikasi bakteri usus yang sangat penting untuk menciptakan sistem kekebalan yang seimbang, yang melawan infeksi bakteri dan virus yang mengancam jiwa, sambil menoleransi bakteri menguntungkan di dalam tubuh.

Mengingat pola makan memengaruhi keanekaragaman bakteri di usus, penelitian di laboratorium Ana menunjukkan bagaimana pola makan dapat digunakan sebagai terapi untuk penyakit kronis. 

Dengan mengonsumsi jenis makanan yang bervariasi, orang dapat mengubah 
microbiome usus mereka menjadi microbiome yang meningkatkan respons imun yang sehat.

Sebagian kecil pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19, mengalami komplikasi parah yang memerlukan rawat inap di unit perawatan intensif. Apa kesamaan yang dimiliki banyak dari pasien tersebut? Usia tua dan penyakit terkait diet kronis seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.

Orang kulit hitam dan Latin secara tidak proporsional dipengaruhi oleh obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular, yang semuanya terkait dengan gizi buruk. Jadi, bukan kebetulan bahwa kelompok ini lebih banyak mengalami kematian akibat COVID-19 dibandingkan dengan orang kulit putih. Ini terjadi tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di Inggris.

 

Jenis Microbiome yang Diprediksi Menyumbang Keparahan COVID-19


Bagi Ana dan rekannya, era pandemi COVID-19 menginspirasi mereka untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang peran microbiome usus, korelasinya dengan respon kekebalan yang agresif terhadap infeksi SARS-CoV-2. 

Ana mengatakan ia dan rekannya berhipotesis bahwa pasien SARS-CoV-2 yang sakit kritis dengan kondisi seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular menunjukkan 
microbiome usus yang berubah yang memperburuk sindrom gangguan pernapasan akut.

Sindrom gangguan pernapasan akut, cedera paru-paru yang mengancam jiwa, pada pasien SARS-CoV-2 diperkirakan berkembang akibat reaksi berlebihan yang fatal dari respons imun yang disebut badai sitokin yang menyebabkan banjir sel kekebalan yang tidak terkendali ke dalam paru-paru. 

Pada pasien ini, respons imun inflamasi yang tidak terkontrol, bukan virus itu sendiri, menyebabkan cedera paru-paru yang parah dan kegagalan multiorgan yang menyebabkan kematian.


Selain itu, Ana dan timnya melakukan penelitian, dengan menggunakan metode mengumpulkan sampel tinja dan air liur dari beberapa pasien COVID-19, dengan gejala parah dan sedang. Tujuannya untuk menentukan apakah bakteri di dalam usus dan microbiome mulut dapat memprediksi keparahan COVID-19. Hasilnya menunjukkan ditemukan bakteri dalam tinja - yang disebut Enterococcus faecalis - berkaitan erat dengan peradangan kronis.

Berdasarkan bukti-bukti penelitian yang Ana dapatkan, ia merekomendasikan sekaligus menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran diri mengonsumsi makanan sehat, yang mengarah pada 
microbiome yang lebih sehat. 

Meskipun pola makan berkualitas baik mungkin tidak mencegah infeksi SARS-CoV-2, namun hal ini dapat menurunkan risiko dampak buruk virus COVID-19. Yuk, mulai sekarang hidup lebih sehat dengan mengatur asupan makanan, kelola stres yang baik, cukup tidur, dan rutin olahraga.

Untuk mengetahui lebih banyak seputar seluk beluk 
microbiome, kamu bisa mengunjungi Nusantics Blog. Di sana, kamu akan menemukan bergaram cara mengadaptasi pola hidup sehat yang ramah microbiome. Bisa menjadi bentuk pertahanan diri meminimalkan risiko tertular dan menularkan virus COVID-19!

Referensi:

Writer: Anita Desyanti

Editor: Serenata Kedang