• Home
  • Blog

share

Benarkah Kulit Sensitif Butuh Skincare?

3 Nov 2020

Benarkah Kulit Sensitif Butuh Skincare?

Skincare kulit sensitif laris dibeli karena diklaim aman untuk kulit yang bermasalah. Namun, apakah kamu tahu apa sebenarnya kulit sensitif itu?

Banyak orang menganggap kulit sensitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Rasa tidak nyaman setelah memakai skincare
  • Gampang beruntusan setiap memakai skincare
  • Kulit seperti tertarik saat tersenyum lebar
  • Kulit mudah memerah setelah memakai toner
  • Mudah berjerawat jika berkeringat
  • Kulit wajah gatal

Tahukah kamu bahwa kulit sensitif sebenarnya bukan diagnosis klinis, melainkan ekspresi untuk kulit yang mudah teriritasi dan lebih reaktif dari umumnya?

Penderita kulit sensitif biasanya merasakan sensasi tidak menyenangkan seperti kemerahan, seperti tersengat, terbakar, gatal, tertarik, tertusuk-tusuk, dan sakit sebagai respons dari rangsang yang normalnya tidak memunculkan persepsi sensori seperti itu. Biasanya gejala tersebut terasa setelah kulit berkontak dengan bahan tertentu atau terkena pemicu lingkungan.


Penyebab Kulit Sensitif

penyebab kulit sensitif


1. Lapisan Luar Kulit Tipis


Salah satu penyebab seseorang memiliki kulit sensitif adalah karena lapisan luar kulit yang mengandung lemak lebih lemah, tipis, dan mudah rusak. Jadi, mudah bagi iritan masuk ke kulit dan menyebabkan inflamasi. Lapisan lipid penghalang ini sebenarnya berfungsi menjaga kandungan air di kulit dan melindungi tubuh dari sinar UV, angin, panas, dan zat kimia keras.

Menurut ahli dermatologi Emily Newsom, M.D., penghalang kulit seperti dinding bata (sel kulit) ditempelkan dengan mortar (terbuat dari lipid ceramide). Pada kulit sensitif atau rusak, mortar tersebut lemah atau hilang di beberapa titik, sehingga penghalang lebih mudah ditembus dan lapisan kulit di bawahnya lebih rentan.

“Orang dengan penghalang lipid tipis menyerap produk perawatan kulit secara lebih mendalam,” jelas pakar dermatitis Marlys Fassett, M.D., Ph.D. Karena itu, mereka lebih reaktif terhadap bahan-bahan dalam skincare kulit sensitif.

Selain itu, penghalang lipid tipis membuat kelembapan lebih mudah keluar. Tak heran kulit kering dan kulit sensitif sering dialami bersamaan. Bahkan, kalaupun kamu tidak memiliki kulit sensitif, kamu akan cenderung mengalami sensitivitas di titik-titik tertentu yang lapisan pelindung luarnya lebih tipis. Misalnya, di sekitar mata.


2. Respons Inflamasi dari Sistem Imunitas


Ketika iritan sudah menembus penghalang lipid, muncul respons inflamasi dari sistem imunitas. Nah, kalau sistem kekebalan tubuh berulang kali terekspos iritan tertentu (misalnya pewangi dalam produk perawatan kulit atau zat seperti karet, formaldehida, atau nikel) dan menjadi semakin sensitif, kamu bisa mengalami alergi kulit atau dermatitis kontak alergi.

Butuh eksposur berkali-kali selama beberapa tahun sampai kamu mengalami alergi. Namun, kalau kamu sudah menderita alergi, sifatnya permanen. Tandanya seperti ruam kemerahan, gatal luar biasa, kulit kering, pecah-pecah, atau bersisik, lepuh, dan sensitif terhadap rasa sakit yang bisa muncul hingga 48 jam setelah eksposur.


3. Microbiome Kurang Beragam


Di kulitmu, tumbuh jutaan microbiome bakteri dan jamur yang keseimbangannya diperlukan untuk garda perlindungan kulit. Sebab, kulit terus-menerus terekspos beragam faktor dari dalam dan luar serta gaya hidup yang bisa memengaruhi fungsi penghalang kulit di level fisik, mekanis, dan mikrobial. Dampaknya bisa menyebabkan kondisi kulit meradang, termasuk kulit sensitif.

Penelitian terbaru yang dicantumkan di jurnal Experimental Dermatology mengindikasikan bahwa keragaman bakteri dan kelimpahan relatif dari mikroba berbeda yang ada di kulit bisa berkontribusi terhadap disfungsi penghalang kulit.

Perusahaan produk perawatan kulit Shiseido menganalisis microbiome kulit wajah wanita Jepang yang sehat secara komprehensif. Ternyata, kulit yang kelimpahan bakteri Staphylococcus epidermidis-nya relatif tinggi menunjukkan kandungan kelembapan yang lebih tinggi dan tingkat kemerahan yang lebih rendah.

Selain itu, kulit sensitif ternyata memiliki komposisi microbiome kulit unik dengan keragaman bakteri yang jauh lebih rendah dan S. epidermidis yang lebih sedikit dibanding kulit nonsensitif.

Di luar itu, setiap orang memiliki profil microbiome sendiri. Ada yang kulitnya didominasi jamur sehingga mudah gatal dan beruntusan, ada yang kulitnya didominasi bakteri sehingga rentan jerawat, ada pula yang kulitnya didominasi bakteri pemakan gula sehingga jerawatnya tidak kunjung sembuh. Nah, orang-orang yang kulitnya mulus meski tanpa produk perawatan kulit, mungkin microbiome kulitnya sudah stabil dan seimbang.

Keseimbangan microbiome kulit bisa dipengaruhi oleh diet, polusi, bahan dalam produk perawatan kulit, bahkan sarung bantalmu, lho. Ternyata banyak sekali faktor microbiome yang menyebabkan kulit sensitif, ya!


4. Memiliki Penyakit Kulit


Kulit siapapun bisa bereaksi terhadap iritan tertentu. Namun, kalau kamu sering mengalami kulit sensitif, bisa jadi itu pertanda kondisi seperti eksim atau dermatitis atopik (yang bisa menyebabkan kulit kering, gatal, dan meradang), rosacea (ditandai dengan kulit merah, bengkak, dengan pembuluh darah yang terlihat), psoriasis (petak-petak kulit kering dan bersisik serta ruam), atau dermatitis kontak (ruam yang dipicu kontak dengan iritan atau alergen).

Bagaimana cara membedakan apakah kamu memiliki kulit sensitif biasa atau gejala penyakit? Indikatornya adalah gejala terus-menerus seperti kemerahan dan iritasi ekstrem, rasa terbakar atau tersengat yang menyakitkan, gatal, lepuh, ruam, bersisik, serta benjolan bernanah yang muncul tiba-tiba atau terus ada apapun produk yang kamu gunakan.

“Kalau kamu merasakan kulit tersengat, terbakar, atau kemerahan saat menggunakan produk, mungkin itu sensitif biasa,” jelas spesialis dermatopatologi Melissa Piliang, M.D.


5. Genetik dan Penuaan


Kamu bisa jadi memiliki kulit yang lebih sensitif dibanding orang lain karena genetik. Selain itu, seiring usia menua, penghalang lipid lebih jarang memperbarui dirinya, sehingga kulitmu lebih mudah teriritasi. Karena itulah produk yang biasa kamu gunakan jadi tidak cocok lagi seiring pertambahan umur. Selain itu, kulit yang menua kurang bisa menahan kelembapan sehingga terasa kering.


6. Kesalahan saat Mencuci Muka


Pemilik kulit sensitif biasanya mencuci wajah atau melakukan eksfoliasi berlebihan. Dr. Piliang mengibaratkan penghalang lipid seperti mentega. “Kalau kamu memberinya air dingin, lemaknya tidak ke mana-mana. Namun kalau kamu memasukkannya ke air hangat, mentega akan mencair,” jelas Sang Dokter.

Nah, berarti kalau kamu menggunakan air panas atau sabun keras saat mencuci wajah, lapisan luar yang berlemak jadi hilang. Jadi, ia menyarankan gunakan air biasa dan jangan mencuci wajah lebih dari sekali sehari.


7. Sensitif karena Bahan dalam Produk Perawatan Wajah


Bahan yang membuat kulit sensitif berbeda pada setiap orang. Namun, umumnya, skincare kulit sensitif tidak mengandung iritan umum seperti sulfat, pewarna, pengawet, pengemulsi, alkohol, minyak botani tertentu seperti lavender, dan pewangi.

Kebanyakan dokter kulit menyebut pewangi sebagai pemicu terbesar kulit sensitif. “Pewangi, baik yang alami dari minyak esensial ataupun sintetik, bisa mengiritasi kulit dan merupakan penyebab dermatitis kontak alergi,” kata Dr. Piliang.

Cari skincare kulit sensitif dengan label bertuliskan “fragrance-free,” bukan “unscented”. Sebab, menurut Environmental Protection Agency, produk “unscented” mungkin masih mengandung pewangi atau zat kimia lain yang menyamarkan bau bahan lain untuk menciptakan produk beraroma netral.

Kamu bisa mencari produk skincare kulit sensitif yang mengandung emolien dan humektan seperti gliserin dan hyaluronic acid untuk menjaga kelembapan, serta ceramide dan asam lemak seperti linoleic acid dan alpha-linolenic acid yang mengembalikan penghalang lipid.


Tips Menggunakan Skincare Kulit Sensitif

tips menggunakan skincare kulit sensitif


1. Hati-hati dengan Produk yang Mengandung Bahan Aktif Kuat


Beberapa bahan yang kuat adalah eksfolian kimiawi seperti asam glikolat dan asam salisilat, vitamin C, atau retinoid/retinol (vitamin A) topikal.

Gunakan produk baru secara bertahap sehingga kulitmu bisa membangun toleransi. Pilih konsentrasi yang rendah, gunakan sedikit, dan pakai maksimal 2-3 hari sekali. Gunakan pelembap yang sangat lembut dan sederhana dulu atau campur dengan produk perawatan kulit untuk menciptakan penyangga (buffer).

Cara ini bisa mengurangi efek iritasi dari bahan aktif yang kuat, meski juga mengurangi kemanjuran produk secara keseluruhan. Lalu, seiring bertambahnya toleransi, kamu bisa menambah frekuensinya secara bertahap dan mengaplikasikan produk langsung sebelum pelembap.


2. Lakukan Tes Alergi


Selalu lakukan tes alergi sebelum mencoba produk baru. “Gunakan produk baru di lengan bagian dalam setiap hari. Jika tidak iritasi setelah seminggu, kamu bisa mencobanya di bagian samping wajah,” kata Dr. Piliang. Leher juga bisa kamu coba kalau kamu belum siap melakukan tes di wajah.

Jika produk menyebabkan iritasi, jangan panik. Stop penggunaannya, tunggu kulit agar tenang, lalu coba yang lain.

Jadi, apakah kulit sensitif butuh skincare? Boleh-boleh saja kalau kamu mau menggunakannya, ya. Asalkan, pilih produk skincare dengan bahan-bahan alami dan aman, jangan terlalu sering menggunakan skincare, dan perhatikan apabila kulit mengalami reaksi negatif, segera hentikan penggunaan skincare.

Setiap orang punya cerita sendiri mengenai kulitnya. Ada yang bisa diatasi dengan diet, ada yang harus menggunakan obat dokter, ada pula yang perlu lebih cermat memilih bahan dalam produk perawatan kulit. Bahkan, sebagian orang mengalami kondisi khusus yang belum ditemukan obatnya.

Untuk itu, kenali dulu yuk profil kulit wajahmu melalui Biome Scan di Nusantics. Lewat Biome Scan, akan terlihat seperti apa profil microbiome dan keadaan kulitmu. Sehingga, kamu bisa memilih skincare lebih tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan kulitmu sendiri. Segera daftarkan diri di sini, ya. 

Referensi

Writer: Fitria Rahmadianti

Editor: Serenata Kedang