• Home
  • Blog

share

Bagaimana Infeksi HPV dapat menjadi Kanker?

23 Feb 2023

Bagaimana Infeksi HPV dapat menjadi Kanker?

Kanker serviks masih menjadi salah satu pembunuh wanita di Indonesia yang harus menjadi perhatian kita. Pemicu utamanya adalah infeksi HPV (human papillomavirus).

Infeksi HPV biasanya tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. Namun, infeksi HPV juga dapat menimbulkan gejala berupa kutil kelamin dan berkembang menjadi kanker.

Apa Itu HPV?

Human papillomavirus atau HPV merujuk pada grup yang terdiri lebih dari 200 virus yang berhubungan yang dapat menyebabkan infeksi pada permukaan kulit, umumnya berupa kutil di beberapa area tubuh, seperti wajah, bahu, kaki, hingga area kelamin.

Virus ini bisa menular melalui kontak kulit, khususnya kontak seksual. Penularannya bisa melalui seks vaginal, anal atau oral, dan kontak kulit dari area genital. 

Selain itu, ibu hamil juga bisa menularkan virus HPV pada bayinya saat proses persalinan.

Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi HPV, misalnya:

  • Sering berganti pasangan seksual

  • Memiliki luka terbuka di kulit

  • Menderita penyakit menular seksual seperti gonore atau chlamydia

  • Punya daya tahan tubuh yang lemah

  • Berhubungan seksual secara anal (melalui dubur)

Ada beberapa jenis Infeksi HPV yang sering disebut sebagai "non-onkogenik" (penyebab kutil) dan "onkogenik" (penyebab kanker). Seseorang bisa dikategorikan terkena HPV onkogenik berdasarkan apakah infeksi HPV tersebut bisa membuat seseorang berisiko terkena kanker atau tidak. 

Mengutip dari Mayo Clinic, jenis kanker yang bisa disebabkan oleh HPV seperti kanker serviks, kanker anus, penis, vagina, vulva, dan belakang tenggorokan (oropharyngeal).

Gejala-gejala Infeksi HPV


HPV bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun perempuan. Infeksi HPV ini biasanya terjadi pada pria usia 20-24 tahun dan perempuan usia 16-19 tahun. 

Kebanyakan orang yang terinfeksi HPV tidak tahu mereka mengidapnya. Biasanya, sistem kekebalan tubuh bisa menghilangkan infeksi HPV secara alami dalam waktu dua tahun. Ini berlaku untuk tipe HPV onkogenik dan non-onkogenik. 

Meski tidak menimbulkan gejala, pada beberapa kasus virus ini bisa bertahan hingga menimbulkan benjolan atau kutil yang tidak nyeri di sekitar vagina, penis, atau anus (kutil kelamin). 

Kutil ini bisa berukuran beragam tergantung di area pertumbuhannya, seperti:

  • Kutil di bahu, lengan, dan jari tangan: Kutil ini tumbuh di area berbentuk benjolan yang biasanya sakit dan terasa kasar. Rentan mengalami perdarahan.

  • Kutil di telapak kaki: Kutil ini berbentuk benjolan keras dan terasa kasar sehingga tidak nyaman saat menapak.

  • Kutil di area wajah: Kutil ini memiliki permukaan yang datar. Pada anak-anak, kutil di bawah biasanya muncul pada rahang bawah.

  • Kutil kelamin: Kutil ini berbentuk seperti kembang kol dan bisa tumbuh pada kelamin laki-laki dan perempuan. Selain pada kelamin, kutil ini juga bisa tumbuh di dubur dan menimbulkan rasa gatal. 

Potensi Infeksi Menjadi Kanker

Sebenarnya infeksi HPV ini bisa hilang dengan seiringnya kekebalan tubuh manusia. Sekitar 90% kasus infeksi HPV akan hilang atau menjadi tidak aktif sebagai hasil pertahanan sistem imun manusia dalam kurun waktu 12-24 bulan setelah terpapar virus. 

Namun, infeksi jenis HPV risiko tinggi lebih bisa bertahan melebihi rentang waktu tersebut yang kemudian akan meningkatkan risiko perkembangan sel terinfeksi menjadi kanker. 

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, ketika sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan infeksi HPV dengan jenis HPV onkogenik, ia dapat bertahan lama dan mengubah sel normal menjadi sel abnormal hingga akhirnya berubah menjadi kanker.

Demikian pula, ketika HPV risiko tinggi bertahan dan menginfeksi sel vulva, vagina, penis, atau anus, dapat menyebabkan perubahan sel yang disebut prakanker. Lalu, akhirnya berkembang menjadi kanker jika tidak diobati tepat waktu.

Berdasarkan penelitian, ditemukan DNA HPV risiko tinggi untuk hadir di 99,7% dari spesimen kanker serviks. Saat ini diketahui dan dibuktikan bahwa jenis HPV16 dan 18 adalah jenis HPV risiko tinggi yang paling ganas, menyebabkan sekitar 70% dari semua kanker serviks di dunia.

Untuk itu, deteksi dan pencegahan sedini mungkin diperlukan, mengingat tidak ada obat yang bisa menyembuhkan kita dari HPV.

Mencegah Kanker Serviks Melalui Vaksin HPV


Vaksin HPV diberikan untuk melindungi seseorang terhadap jenis HPV penyebab sebagian besar kasus kutil kelamin dan kanker serviks. Meski begitu, vaksin ini tidak bisa melindungi tubuh dari semua jenis HPV.

Setidaknya saat ini sudah tersedia 3 jenis vaksin HPV yakni Cervarix (vaksin bivalen terhadap HPV16 dan HPV18), Gardasil (tetravalent terhadap HPV6, 11, 16, dan 18), dan Gardasil 9 (vaksin 9-valent terhadap HPV6, 11, 16, 18, 31, 33, 45 , 52, dan 58).

Walaupun sebagian besar kasus HPV umumnya bisa hilang dengan sendirinya tanpa diobati, penderita yang sudah terdiagnosa positif, terutama perempuan, yang mengalami gejala kutil kelamin, maka dokter kandungan akan merekomendasikan pemeriksaan kembali dalam kurun waktu 1 tahun.

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah penderita masih terinfeksi HPV dan adakah perubahan sel di leher rahim yang berisiko menimbulkan kanker serviks.

Sementara, untuk mengobati kutil akibat infeksi HPV, maka biasanya dokter akan memberikan obat oles yang mengandung asam salisilat. Asam salisilat sendiri bisa mengikis lapisan kutil secara bertahap.

Adanya kemajuan terbaru di bioteknologi juga membantu diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat, salah satunya kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV ini.

Jadi, tak perlu ragu untuk mendapatkan vaksin HPV di fasilitas kesehatan terdekat kamu, ya!


Referensi:

  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hpv-infection/symptoms-causes/syc-20351596

  • https://www.cdc.gov/cancer/hpv/basic_info/index.htm.

  • https://www.plannedparenthood.org/learn/stds-hiv-safer-sex/hpv

Writer: Nisania Alya

Editor: Agnes Octaviani