Di antara kamu pernah ada yang terbesit berpikir, terdiri dari apa sajakah tubuh manusia? Ternyata, selain didominasi air, di dalam tubuh juga tinggal bakteri yang hidup subur di beberapa organ tubuh. Salah satunya kulit! Nah, kulit sendiri merupakan organ tubuh terbesar yang dimiliki manusia.
Ya bagaimana tidak, dari segi ukuran, total luasnya sekitar 20 kaki persegi, atau hampir 2 meter, dengan berat 16%-20% berat tubuh kita. Jadi kira-kira, kalau berat seseorang 68 kg, kulit dia mempunyai massa 4 kg. Wah, lumayan banyak juga, ya?
Mengenal Organ Kulit dan Microbiome yang Jadi Penghuninya
Nah, kulit memiliki tiga lapisan, yakni:
- Epidermis, lapisan kulit terluar, memberikan pelindung tahan air dan menciptakan warna kulit.
- Dermis, di bawah epidermis, mengandung jaringan ikat yang keras, folikel rambut, dan kelenjar keringat.
- Jaringan subkutan yang lebih dalam (hipodermis) terbuat dari lemak dan jaringan ikat.
Seperti yang tadi sudah disinggung di atas, kulit juga menjadi rumah bagi berbagai macam bakteri, ada yang baik dan tidak baik baik, mereka disebut sebagai microbiome. Ibaratnya sebagai garda terdepan, memberikan perlindungan penting terhadap patogen (mikroorganisme parasit yang menyebabkan penyakit tertentu). Selain itu juga mendukung sistem kekebalan dan memengaruhi kesehatan dan kecantikan kulit.
Microbiome yang tidak seimbang dapat menyebabkan berbagai masalah kulit. Misalnya terlalu banyak bakteri penyebab jerawat, maka akan menimbulkan jerawat. Atau muncul eksim, akibat bakteri jenis lainnya.
Maka dari itulah, keberagamannya microbiome harus dijaga, agar mereka menjalankan perannya dengan baik untuk kesehatan kulit kamu.
Lalu Apa Saja yang Memengaruhi Keragaman Microbiome Kulit?
Untuk memelihara keragaman microbiome secara efektif dan menghasilkan keseimbangan yang menguntungkan dalam ekosistem alami kulit, penting untuk mengetahui apa yang dapat memengaruhi microbiome:
- Usia - Microbiome kulit kamu terus berubah dan berkembang, mulai dari lahir, pubertas, hingga dewasa dan tua - berubah seiring pertumbuhan tubuh.
- Jenis Kelamin - Perbedaan hormonal antara pria dan wanita dapat menghasilkan microbiome yang berbeda. Misalnya, pria umumnya lebih banyak berkeringat daripada wanita.
- Genetika - DNA kamu berkontribusi pada kesehatan kulit. Misalnya, orang-orang tertentu secara alami lebih rentan terhadap kelainan kulit dibandingkan lainnya.
Selain tiga faktor di atas, berikut faktor eksternal yang juga harus perhatikan, ya:
- Lingkungan - Kualitas udara dan lingkungan kamu sangat bervariasi antara lokasi pedesaan dan perkotaan, memengaruhi microbiome yang ditemukan di dalam dan di bawah permukaan kulit. Inilah pentingnya menggunakan masker jika kamu menghabiskan waktu lebih banyak di luar ruangan. Karena partikel-partikel kecil yang terhirup, akan ikut memengaruhi kualitas kesehatanmu.
- Tempat kerja - Microbiome yang berbeda berkembang biak di dalam dan di luar, memengaruhi berbagai tempat kerja, dari kantor hingga lingkungan industri.
- Iklim - Jika kamu tinggal di iklim yang lebih hangat, microbiome kulit umumnya akan berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah dengan cuaca yang lebih dingin.
- Pola makan - Makanan yang kamu konsumsi dapat mengubah microbiome, dengan efek yang bertahan selama bertahun-tahun, atau bahkan mungkin seumur hidup.
- Kebersihan - Seberapa sering kamu mencuci dan produk apa yang kamu gunakan, berdampak pada jumlah dan jenis microbiome yang hidup di kulit.
4 Cara Meningkatkan Keseimbangan Microbiome
Nah, berikut ini beberapa cara meningkatkan keseimbangan microbiome. Empat cara di bawah sebetulnya sangat sederhana, tapi kadang sering dilupakan, atau malah malas dilakukan. Apa saja?
1. Tetap terhidrasi
Ayo, siapa di antara kamu yang “musuhan” dengan air putih? Faktanya, minum air putih yang cukup dapat menjaga kesehatan kulit. Kulit yang mendapatkan cairan dengan jumlah ideal akan dibantu mengisi kembali sel-selnya. Meskipun kebutuhan air tiap individu berbeda, tetapi usahakan untuk minum air putih minimal delapan gelas per hari, ya.
2. Jangan membersihkan secara berlebihan
Saking semangatnya, kadang kamu terlalu menekan wajah atau area kulit lainnya saat membersihkan, atau terlalu banyak dan sering menggunakan pembersih wajah. Apapun yang berlebih tentu punya dampak negatif.
Pembersih tangan, sabun mandi, dan sabun wajah jika terlalu sering digunakan dapat merusak microbiome, lho. Karena berpotensi membersihkan minyak alami dan bakteri menguntungkan di kulit.
3. Olahraga
Microbiome kulit dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi kamu dengan alam, serta seberapa sering kamu berolahraga. Lakukan lebih banyak jalan-jalan di pedesaan, pergi ke gym, atau bergabunglah dengan kelas olahraga untuk memelihara microbiome yang sehat. Olahraga hingga berkeringat dapat berkontribusi pada keragaman microbiome kulit secara keseluruhan dan untuk kesehatan yang holistik.
4. Melembapkan kulit setiap hari
Caranya cukup mudah, yaitu rajin menggunakan lotion, atau krim pelembap yang terbuat dari bahan alami agar dapat menjaga keseimbangan microbiome. Dengan begitu, kamu sedang memberi makan bakteri alami di kulit. Aplikasikan setelah mandi, atau kapanpun kamu merasa kulit sedang kering.
Menjaga triliunan microbiome yang ada dalam tubuh, sama dengan membantu kulit menjaga kamu.
Kamu memang tidak bisa intervensi pada semua faktor yang memengaruhi keberagaman microbiome, makanya sangat penting untuk memberikan perawatan kulit yang ramah microbiome di kulit. Menjaga kesehatan kulit, sama dengan menjaga kesehatan tubuh, investasi jangka panjang. Jangan asal memilih produk, ya. Pastikan skincare yang kamu gunakan juga tak merusak microbiome.
Saatnya kamu beralih ke rangkaian skincare yang memerhatikan keseimbangan microbiome dan lingkungan seperti produk Biome Beauty. Semua produk Nusantics, tidak menggunakan: Paraben, SLS, PEG's, Phthalate, Fragrance, Mineral Oil, Formaldehyde, Coal Tar, dan Triclosan.
Referensi: