• Home
  • Blog

share

Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak dan Dapatkah Menular ke Manusia?

13 Nov 2022

Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak dan Dapatkah Menular ke Manusia?

Menjelang hari raya Iduladha yang jatuh di bulan Juli 2022 lalu sempat diwarnai kehebohan karena merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak. Timbul keresahan masyarakat, takut wabah ini dapat menular dari hewan ke manusia, seperti halnya pandemi virus Covid-19 yang diduga menular dari kelelawar.

Lalu apakah benar penyakit mulut dan kuku ini dapat menular ke manusia? Simak penjelasannya!

Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak

Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, kerbau, domba, dan beberapa jenis hewan ternak lainnya, merupakan penyakit hewan yang sangat menular disebabkan oleh virus. Tak hanya hewan ternak, sebagian spesies hewan liar juga dapat terinfeksi virus ini.

PMK adalah salah satu penyakit hewan ternak yang paling diwaspadai dan ditakuti oleh semua negara karena persebarannya yang begitu mudah dan sangat cepat. 

Infeksi yang disebabkan oleh virus jenis Aphthovirus ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar karena turunnya penjualan produk hewani seperti daging dan susu, serta perdagangan hewan itu sendiri.

Mengutip pakar virologi molekuler FKH UGM, Prof. drh. Aris Haryanto, virus penyebab PMK dapat bertahan hidup di luar tubuh hewan selama 2 minggu dan berbulan-bulan lamanya di dalam semen, epitel, kelenjar limfa, dan produk hewani serta olahannya.

Crisis Center PMK juga menyebutkan hewan ternak yang terjangkit PMK akan menunjukkan gejala sebagai berikut:

  • Demam tinggi

  • Tidak nafsu makan

  • Produksi air liur berlebihan

  • Muncul lepuhan yang berisi cairan di area mukosa mulut, hidung, bibir, dan lidah

  • Luka di sekitar kaki, kuku, dan sela jari, membuat hewan enggan bergerak, pincang, atau kukunya mengelupas

Hewan yang terjangkit PMK juga menjadi carrier yang dapat bertahan selama 8-24 bulan. Penularan terjadi melalui kontak langsung antar hewan dan secara tidak langsung.

Menurut World Organization of Animal Health (WOAH) beberapa contoh penularan virus secara tidak langsung, misalnya:

  • Virus yang menempel di pakaian atau alat

  • Ruangan dan kendaraan yang terkontaminasi

  • Melalui udara yang terkontaminasi (aerosol)

Virus ini juga tahan terhadap lingkungan kering dan angin. Hewan yang terjangkit PMK dapat mengeluarkan virus baru selama 50 jam dan menularkan ke ternak lain di sekitar hingga radius 100 kilometer.

Virus dapat keluar dari tubuh hewan dan menular secara langsung melalui kontak dengan cairan vesikel (cairan dalam lepuhan), air liur, susu, urine, dan feses.

Penanggulangan dan Pengendalian PMK


Penanggulangan untuk kasus wabah PMK dapat bervariasi pada setiap negara tergantung pada situasinya.

Indonesia sendiri pernah terkena wabah PMK pertama kali pada tahun 1887 karena impor sapi ke Pulau Jawa oleh Hindia Belanda pada masanya. Setelah melalui berbagai program penanggulangan, Indonesia dinyatakan bebas PMK pada tahun 1986.

Setelah sekian lama, PMK kembali terdeteksi di Indonesia pada April 2022 dan menyebar dengan cepat ke 24 provinsi di akhir September 2022. Dari seluruh kasus, tercatat lebih dari 97% adalah sapi, sedangkan sisanya adalah kerbau, kambing, domba, dan sejumlah kasus pada babi.

Indonesia mengambil langkah pengendalian dan penanggulangan wabah PMK dengan cara:

  • Pengamatan terhadap hewan ternak

  • Pencegahan kontak hewan peka dengan virus

  • Pengamanan produk hewani

  • Pengawasan dan identifikasi

  • Merawat dan mengobati hewan yang sakit

  • Memberikan vaksinasi

FKH UGM menambahkan, pada dasarnya penyakit yang disebabkan virus tidak dapat diobati, sehingga upaya perawatan yang dilakukan adalah meningkatkan imunitas dan ketahanan tubuh hewan yang sakit melalui suplementasi vitamin dan mineral, serta terapi sesuai gejala seperti obat penurun demam, pereda nyeri, dan antibiotik sebagai pencegah infeksi ikutan.

Tergantung pada situasinya, WOAH memberikan kriteria dalam menuntaskan program vaksinasi wabah PMK, yaitu:

  • Cakupan harus lebih dari 80%

  • Pelaksanaan harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

  • Jadwal vaksinasi perlu disesuaikan dengan imunitas kehamilan

  • Vaksin harus diberikan dalam dosis dan cara yang tepat

Vaksin yang diberikan juga harus sesuai dengan strain virus yang sedang menyebar di daerah tersebut. Jenis vaksin yang digunakan di Indonesia adalah virus yang dilemahkan dengan strain yang sedang beredar di Indonesia. 

Beberapa merk vaksin yang diputuskan pemerintah untuk digunakan, yaitu:

  • Aftopor dari Prancis

  • Cavac FMD dari Tiongkok

  • Aftomune dari Brazil

  • Aftogen-Oleo dari Argentina

  • Artosa dari Argentina

Jadi, Apakah PMK Dapat Menular ke Manusia?


Peneliti mikrobiologi di Kementerian Kesehatan, 
Kambang Sariadji, menjawab bahwa PMK bukan merupakan ancaman kesehatan untuk masyarakat dan saat ini belum ada laporan menular ke manusia.

Masalah yang ditimbulkan PMK cenderung dari segi ekonomi, kesejahteraan hewan, dan produk hewani. Tetapi perlu dicatat bahwa kemungkinan timbulnya penyakit di manusia akibat virus ini masih ada, walau sangat jarang dan sangat kecil.

Kasus terakhir infeksi pada manusia yang tercatat di Inggris pada tahun 1966 dengan gejala ringan seperti demam, sakit tenggorokan, timbul luka di kaki dan mulut, serta lidah. Penyakit ini dapat sembuh dalam sepekan.

Agar manusia tidak terinfeksi akibat virus PMK ini, hindari mengonsumsi produk hewani secara mentah. Daging harus dimasak selama 30 menit dengan suhu 70℃.

Walau belum ada laporan infeksi ke manusia di Indonesia dan potensinya sangat kecil hingga saat ini, perlu diingat bahwa virus dapat bermutasi dan bertambah kuat, sehingga tidak boleh diremehkan begitu saja.

Wabah virus seperti ini mengingatkan kembali bahwa kita tidak tinggal sendiri di planet ini. Masih banyak makhluk kecil tidak terlihat lainnya yang memberikan dampak secara langsung dan tidak langsung untuk kehidupan manusia.

Tak semua mikroorganisme di lingkungan kamu merugikan dan dapat menimbulkan infeksi atau penyakit. Keberadaan mereka juga dapat membantu menyeimbangkan ekosistem dan berdampak baik untuk kesehatan.

Nusantics hadir untuk terus berinovasi dan mengedukasi masyarakat seputar interaksi microbiome sehari-hari. Jadi jika kamu tertarik belajar seputar microbiome, mampir ke Nusantics Blog, ya!


Referensi:

  • “Foot and Mouth Disease.” WOAH - World Organisation for Animal Health, 12 Oct. 2022, www.woah.org/en/disease/foot-and-mouth-disease.

  • Grehenson, Gusti. “FKH UGM Sampaikan Rekomendasi Penanggulangan Wabah PMK.” Crisis-Center PMK KEMENTRIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, 17 Aug. 2022, crisiscenterpmk.ditjenpkh.pertanian.go.id/info-berita/detail/fkh-ugm-sampaikan-rekomendasi-penanggulangan-wabah-pmk.

  • Jamal, Syed. “Foot-and-mouth Disease: Past, Present and Future - Veterinary Research.” BioMed Central, 5 Dec. 2013, veterinaryresearch.biomedcentral.com/articles/10.1186/1297-9716-44-116.

  • Nurhasim, Ahmad, et al. “Pakar Menjawab: Apakah Penyakit Mulut Dan Kuku Hewan Ternak Bisa Menular Ke Manusia?” The Conversation, 19 May 2022, theconversation.com/pakar-menjawab-apakah-penyakit-mulut-dan-kuku-hewan-ternak-bisa-menular-ke-manusia-183357.

  • Penyakit Mulut Dan Kuku Serta Peran FKH-UGM | Universitas Gadjah Mada. ugm.ac.id/id/berita/22987-penyakit-mulut-dan-kuku-serta-peran-fkh-ugm.

  • Trihusodo, Putut. “Menggiring Ternak Vaksinasi.” Indonesia.go.id, 14 July 2022, indonesia.go.id/kategori/editorial/5220/menggiring-ternak-vaksinasi?lang=1.

Writer: Agnes Octaviani

Editor: Agnes Octaviani