• Home
  • Blog

share

11 Mitos tentang Probiotik yang Harus Kamu Tahu

29 Sep 2020

11 Mitos tentang Probiotik yang Harus Kamu Tahu

Tahukah kamu bahwa manusia sebagai makhluk hidup ternyata juga memiliki jutaan makhluk hidup lainnya yang tinggal di tubuh yang sama?

Makhluk hidup ini terdiri dari mikroorganisme yang disebut microbiome. Microbiome berperan dalam banyak proses yang kita lakukan seperti mencerna makanan, menjaga kekebalan tubuh, mengontrol kesehatan otak, dan lain-lain. 

Nah, microbiome ternyata paling banyak dan dibutuhkan di sistem pencernaan. Untuk menunjang microbiome terutama di usus, kamu membutuhkan probiotik dalam jumlah yang cukup. 

Ada banyak contoh probiotik yang berguna bagi pencernaan. Misalnya:

  • L. fermentum B. lactis 
  • L. gasseri B. adolescentis 
  • L. johnsonii
  • L. paracasei 
  • L. plantarum 
  • L. reuteri
  • L. rhamnosus 

Fungsi salah satu probiotik ialah untuk mencerna makanan sehingga probiotik sangat penting keberadaannya. Tak hanya sebagai sumber bakteri baik bagi usus, probiotik pun sangat bermanfaat untuk menjaga keberagaman microbiome dalam tubuh.

Namun, ada banyak sekali mitos-mitos tentang microbiome yang beredar dan salah kaprah. Supaya kamu tidak ikut termakan hoax, yuk ketahui beberapa mitos tentang probiotik di bawah ini!


Mitos 1 - Probiotik Hanya untuk Pencernaan


Meski microbiome paling banyak berada di organ pencernaan, namun rupanya probiotik tak hanya digunakan untuk sistem pencernaan, lho. Mitos ini muncul karena probiotik selalu dikaitkan dengan kesehatan saluran cerna terutama dengan mengonsumsi yoghurt padahal ada contoh strain Lactobacillus plantarum yang diketahui dapat menekan kadar kolesterol. 


Mitos 2 - Yoghurt adalah Probiotik Terbaik

probiotik hanya di yoghurt


Banyak pihak terhipnotis oleh iklan, bahwa yoghurt adalah sumber probiotik. Sesungguhnya tak sepenuhnya benar, karena tak semua produk yoghurt baik sebagai probiotik, terutama jika produk tersebut ditambahkan gula dan kadar asam. Kadar gula yang berlebih ini tentu akan sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. 


Mitos 3 - Informasi Jumlah Bakteri Dalam Produk Probiotik Selalu Akurat


Jika kamu melihat informasi dalam kemasan produk seperti jumlah bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dalam kemasan yoghurt, hal itu tak sepenuhnya benar karena belum tentu jumlah bakteri terkandung dalam produk masih hidup atau aktif. 

Hidup atau matinya bakteri dipengaruhi banyak hal, sehingga produk kemasan yang sudah melalui proses transportasi dan terkontaminasi udara luar bisa saja jumlah bakterinya sudah berbeda seperti saat produk dibuat.


Mitos 4 - Bakteri Dalam Probiotik Akan Mati Jika Tidak Disimpan di Lemari Pendingin


Benar bahwa bakteri probiotik cukup rapuh sehingga tak heran bahwa saran penyimpanannya adalah dengan memasukkannya ke lemari pendingin. 

Tapi tahukah kamu bahwa kemungkinan bakteri tersebut sudah terlebih dahulu mati saat kamu membawanya ke rumah karena terpapar udara, kelembapan udara atau temperatur suhu? Jadi, tak ada jaminan bakteri masih aktif ketika kamu langsung memasukkannya ke kulkas, ya. 


Mitos 5 - Probiotik Menyebabkan Diare

probiotik menyebabkan diare


Diperkirakan seorang anak meninggal setiap 15 detik sekali karena penyakit diare. Ada berbagai kabar yang beredar mengenai probiotik yang terdapat dalam tubuh menyebabkan diare. 

Berdasarkan penelitian Journal of Internal Medicineprebiotika sangat tepat diberikan kepada anak untuk mengobati diare traveller, diare rotavirus, diare yang diinduksi, dan diare terkait antibiotik (AAD). 

Bahkan probiotik tak hanya teruji untuk mengobati diare, namun juga gastrointestinal yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen atau gangguan pada mikroflora normal dan radang usus serta sindrom iritasi usus besar. 


Mitos 6 - Semua Probiotik Sama


Sama seperti semua produk pada umumnya, beda pabrik maka akan beda juga jenis buatan dan kandungan probiotiknya. Tak semua probiotik memiliki kandungan yang sama. Beberapa di antaranya mungkin ada yang memiliki bakteri strain tunggal sedangkan lainnya multistrain. Tak hanya jenis bakterinya saja, konsentrasinya dalam kemasannya pun bisa berbeda. 


Mitos 7 - Probiotik Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Menggunakan Antibiotik


Mitos ini jelas salah karena probiotik sangat dianjurkan dikonsumsi jika kamu sedang mengalami pengobatan antibiotik. Sebab, antibiotik adalah obat yang dirancang untuk membunuh bakteri yang ada di tubuh kamu tanpa memandang apakah bakteri baik atau jahat. 

Untuk itu, konsumsi probiotik dapat membantu mengembalikan bakter baik yang hilang akibat antibiotik. Tak hanya itu, berdasarkan penelitian International Journal of Antimicrobial Agents, antibiotik memiliki efek samping diare seperti diare terkait antibiotik (AAD) sehingga kondisi ini semakin meyakinkan bahwa kamu harus mengonsumsi probiotik jika konsumsi antibiotik. 


Mitos 8 - Probiotik Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Hamil

probiotik tidak boleh saat hamil


Probiotik sudah terbukti dapat meringankan dan mengobati diare. Hal ini sama seperti gejala yang biasanya dialami oleh ibu hamil terutama di trimester pertama yaitu sembelit, konstipasi, dan lain-lain. Probiotik justru tak masalah dikonsumsi oleh ibu hamil, terlebih jika mengalami masalah pencernaan. 


Mitos 9 - Probiotik Dapat Menggantikan Obat-obatan


Umumnya, penyakit jenis apapun sudah memiliki obat yang tepat untuk dikonsumsi. Probiotik tidak disarankan sebagai pengganti obat jika kamu terserang penyakit tertentu. Tetapi, jika kamu mengonsumsi probiotik sebagai tindakan pencegahan dan penambahan pengobatan dari obat yang sudah ada, maka itu dianjurkan. 


Mitos 10 - Probiotik Hanya Terdapat di Suplemen


Salah jika kamu beranggapan bahwa probiotik hanya bisa didapatkan dari suplemen saja. Banyak makanan alami (bukan suplemen) menjadi sumber probiotik. Misalnya saja tempe, buah-buahan, serta sayuran yang telah teruji kandungan probiotiknya. Menurut Journal of Dairy Science, probiotik juga banyak terkandung dalam produk olahan susu fermentasi seperti yoghurt dan keju. 


Mitos 11 - Probiotik Dapat Mencegah Pilek

probiotik dapat mencegah pilek


Beberapa kasus pilek memang sembuh setelah mengonsumsi probiotik. Namun hal ini bukan berarti probiotik bisa menggantikan obat pilek, ya. Sebab, belum ada penelitian pasti mengenai ini. 

Probiotik hanya disarankan sebagai obat pendamping untuk tetap menjaga bakteri baik dalam tubuhmu. Jadi, jangan sampai kamu menggunakan probiotik sebagai obat utama terhadap penyakit tertentu tanpa konsultasi ke dokter.

Ternyata banyak sekali mitos tentang probiotik yang beredar dan salah kaprah, ya. Kini, kamu sudah tahu bahwa mitos-mitos itu tidak benar dan apa fakta sebenarnya. Jadi, mulai sekarang jangan ragu lagi untuk rajin konsumsi probiotik supaya kesehatan kamu tetap terjaga!

Jika kamu masih penasaran dengan informasi terkait probiotik dan microbiome lainnya, yuk mampir ke Nusantics Blog. Kamu bisa baca-baca artikel menarik lainnya yang tak kalah informatif dan edukatif. Klik link-nya sekarang!

Referensi:

Writer: Lintang Zahrima Kalsum

Editor: Serenata Kedang